Laman

Jumat, 12 April 2013

Misi Penghancuran Rahasia; Dua jurus pertamaTai-Kauwcu

Sesungguhnya, di manakah para Su-Sian, Kangouw-Hiap-Wi berada dan para tokoh lainnya berada? Dan mengapa para pentolan Jit-Goat-kauw tidak ada satupun yang muncul? Untuk mengetahui hal ini mari kita mundur pada empat hari sebelum pertemuan besar tersebut.
___________
Setelah menyelesaikan pengobatan pada Cu In Lan, Han Sian meninggalkannya bersama dua orang di antara empat Dewa yang telah bersedia mengangkat In Lan menjadi murid mereka. Namun sebelum dia meninggalkan Tebing Langit, Koai-Hud Eng-Cu berpesan kepadanya agar mewakili mereka berdua untuk menghadiri Eng-Hiong Tai-Wang-gwe karena peliknya keadan dunia persilatan.
Karena waktu pertemuan tinggal tujuh hari lagi, maka Han Sian mengerahkan ilmunya sampai tingkat tertinggi menuju ke Punvak Awan Putih di Wu-Yi-San. Perjalanan yang memakan waktu hampir satu minggu itu hanya dia tempuh dalam waktu dua hari satu malam dan siang itu dia beristirahat sambil bermeditasi di bawah sebuah pohon di tepi aliran sungai yang mengalir di kaki puncak Awan Putih.
Begitu dalamnya dia bermeditasi sekian lama, dia masuk pada pengerahan dari tenaga saktinya. Pertarungannya dengan Tee Sun Lai dan para tokoh-tokoh dari empat dewa maupun para tokoh-tokoh kaum sesat yang bertemu dengannya telah membuka lebih banyak wawasan baginya untuk mematangkan tingkat pemahaman ilmu-ilmunya, terutama Kui-Sian I-Sin-Kang yang tanpa tanding, Bu-Tek Chit-Kiam-Ciang yang mengiriskan, Hui-im Hong-Sin-Kang yang sukar di bendung dan Seribu Bayangan Iblis Pemusnah yang mengerikan.
Han sian memang jeniusnya ilmu silat. Orang lain mungkin akan memakan waktu puluhan tahun untuk memahami dan melatih ilmu-ilmu silat yang dahsyat itu dengan baik, tapi itu pengecualian bagi Han Sian. Semua ilmu itu di telannya bulat-bulat dan terus menemukan pematangannya dalam setiap pertempuran yang dia hadapi.
Sementara dia bermeditasi, firasat dan telinganya menangkap gerakan halus yang tidak wajar mendekat ke arahnya dari jarak puluhan li. Segera dia mengembangkan Thian-In Hui-Cunya dan melesat bagai tiupan angin kepuncak sebuah pohon yang lebat dan diam tanpa bergerak sambil menahan nafas..
Tak lama kemudian tampak duabelas bayangan orang berjubah dan berkerudung hitam berkelebat dan berhenti tepat di bawah tempat persembunyiannya. Keduabelas orang ini tidak menyadari kehadirannya namun setelah mendengar suara mereka bisa di pastikan mereka bukanlah orang baik-baik karena dari tubuh mereka Han Sian merasakan hawa pembunuh yang kuat.
“Hemmm....Hek-Tok-Jiauw-Ong, tahukah kau mengapa Kauw-cu-yaa memanggil kita ke sini?” Tanya seorang yang berpakaian kerudung yang pertama.
“Aku tidak tahu, yang jelas beliau mengatakan ada perubahan rencana penyerangan” jawab Hek-Tok-Jiauw-Ong.
Mereka semua terdiam sambil berdiri seperti patung. Tak lama kemudian dari arah kiri terdengar bunyi berkesiutan dan tiba-tiba seorang pemuda tampan pesolek berpakaian perlente yang memegang sebuah kipas sutra dari baja murni.
“Hormat Kaucu-yaa, kami siap menerima perintah” Serempak ke lima orang itu menjura dengan hormat.
“Hemm, waktu kita tidak banyak, Tai-Kauwcu memerintahkan untuk segera menarik mundur semua pasukan ke pos masing-masing. Saat pertemuan besar di adakan, perintahkan ke empat partai untuk menggabungkan kekuatan menjadi dua bagian. Satu akan ada di bawah komandoku sedang yang satu lagi akan di pimpin langsung oleh Tai-Kauwcu, sasaran kita adalah Siauw-lim-pai dan Bu-tong-pai, tempat itu harus di ratakan dalam semalam. Tai-Kauwcu melihat bahwa ini lebih berguna untuk di lakukan daripada mati-martian menggempur pertemuan itu”
“Ide yang sangat cemerlang Kauwcu-yaa, dengan terpukulnya dua kekuatan paling besar di Bu-lim Kang-ouw ini maka akan lebih mudah untuk menaklukkan yang lainnya....hahahaha” Baju hitam ke dua menyahut.
“Tapi Kauwcu-yaa, bagaimana kalau para ho-han itu curiga kalau tiba-tiba mereka merasakan kita tidak ada gerakan?”
“Hahaha, semala ini kita hanya menakut-nakuti mereka saja, namun itupun tidak perlu terlalu banyak, biar 7 siluman langit yang tinggal dan terus mengadakan pengacauan agar mereka tidak curiga” Jawab pemuda itu singkat dengan senyuman dingin.
Beberapa saat kemudian, setelah mengatur beberapa hal, pertemuan kecil di bubarkan. Namun sebelum mereka berpisah, pemuda yang di sebut Kauwcu-yaa itu berkata:
“Sebelum pergi, kalian selesaikan dulu satu pekerjaan kecil yang ringan untukku...”
---lovelydear---
Malam semakin larut, di dalam hutan sekitar duapuluh li dari tempat pertemuan para datuk kaum sesat tersebut, di sebuah kelenteng yang sudah tidak terpakai lagi, tampak lima orang sedang duduk melewatkan malam sambil bersemedi.
Mereka adalah lima orang dari Kangouw-Hiap-wi. Nampak di antara mereka Cee Jie Hong si Gin-Hong-It-wi yang nampak sangat cantik bagai bidadari turun dari khayangan dan Chit-Seng Im-kiam (Pedang Dingin Tujuh Bintang) Bee Tiong, bersama tiga rekan mereka yang lainnya.
Sejak beberapa saat yang lalu, firasat ke lima orang ini terganggu, terlebih Jie Hong. Di antara mereka berlima, tak di ragukan bahwa kepandaiannyalah yang paling tinggi. Dan memang mereka tidak perlu menunggu lama dalam kegelisahan karena saat mereka membuka mata merasakan gerakan mencurigakan di sekeliling mereka. Ternyata di hadapan mereka tampak berkelebat Dua belas bayangan orang berkerudung hitam.
“Siaga! Tampaknya kepandaian mereka tidak berada di sebelah bawah kita semua” Sahut Jie Hong lirih ke arah empat rekannya sambil matanya menatap mereka penuh selidik
“Kalau boleh kami tahu siapakah cu-wi locianpwe sekalian? Dan apa yang bisa kami bantu?” Sontak Bee Tiong menyahut dengan suara keras berwibawa namun penuh ketenangan.
“Hahahaha...Orang muda, kau berbakat dan masa depanmu masih cerah sebaiknya bijaksanalah dalam mempertahankan nyawamu, kami hanya mau membawa gadis cantik ini untuk Kauwcu-yaa kami, jangan khawatir, setelah beberapa hari diapasti akan di kembalikan” se orang di antara manusia ke dua belas orang itu menyahut dengan suara dingin.
Bee Tiong jadi naik darah mendengar akan hal ini, namun sebelum dia melakukan sesuatu, Jie Hong yang telah marah melesat dengan dengan sebat ke arah orang berkerudung tersebut.
“Manusia tak tahu malu, biar nonamu mengajarmu yang tak tau adat...” “Wuuuttt...Plak, plakk, Desssss” pertemuan kedua tenaga yang kuat beradu membuat keduanya terdorong mundur satu langkah
“Ehhh...Eh, kau hebat...tampaknya hanya kau yang akan dapat memuaskan Kauwcu-yaa, mari Hek-wan Sin-mo kita tidak punya banyak waktu...hahahahahaha” Orang itu berseru sambil tertawa-tawa...
Bee Tiong dan ke tiga rekannya yang lain segera bergerak membantu, tapi mereka di hadang oleh empat orang berkerudung lain sehingga di tempat yang sunyi itu terjadi pertarungan sengit yang ramai namun mengancam ke lima anak muda tersebut oleh karena mereka sekalipun belum mengenal lawan mereka.
Dengan kepandaiannya yang merupakan hasil gemblengan se orang sakti di antara empat Dewa dan juga mendapat gemblengan tambahan dari beberapa orang sakti saat guru mereka membawa dia dan kakaknya berkelana di daerah pegunungan Himalaya, kalau hanya berhadapan satu lawan satu mungkin Jie Hong masih bisa menghadapi lawannya dan memperolah kemenanganyang tapi menghadapi ke dua orang datuk sesat di depannya yang sangat sakti idia tidak dapat berbuat terlalu banyak, karena itu hanya dalam duapuluh jurus dia telah kena di bius oleh Hek-wan Sin-mo. Sementara ke tiga rekannyapun agak kewalahan, mereka hanya sanggup bertahan limapuluh jurus lebih baru kemudian terpukul jatuh dengan luka parah.
“Bunuh mereka, jangan biarkan satupun lolos” Sahut orang berkerudung yang lain yang memanggul tubuh Jie Hong yang pingsan. Sesaat kemudian orang itu lelesat pergi ke arah barat hutan itu di ikuti ke tujuh orang lainnya.
Sementara itu sambil tertawa-tawa ke empat orang berkerudung hitam yang tinggal sudah mendekati ke empat pemuda yang telah terluka parah tersebut namun masih berdiri dengan gagah tanpa takut.
“Hahahahahaha....ketahuilah anak muda, yang berhadapan dengan kalian ini 12 Raja Iblis, dan karena kalian sudah berani menentang kami maka kami takkan mengampuni...” Berkata demikian tampak tangan orang itu berubah menjadi merah sebatas siku, dan di ikuti ke tiga rekannya mereka mengangkat tangan siap untuk memukul.
Tampak tidak ada harapan bagi mereka yang terkurung di tengah-tengah. Mereka hanya bisa pasrah saja tanpa tenaga menanti maut. Tapi ternyata maut belum berpihak pada mereka. Sebelum ke empat datuk sesat itu melancarkan pukulan terakhir mereka, keempat orang muda ini mendengarkan suatu suara lirih di telinga mereka: “...jangan takut, sambil bergandeng tangan kerahkan hawa murni kalian dan buka seluruh jalan darah. Jika kalian merasakan suatu tenaga yang berputaran kuat, jangan melawan kalau tidak tenaga bantuanku tidak akan menolong bahkan hanya tubuh kalian akan hancur lebur...lakukan dengan cepat”
Keempat orang muda ini terkejut dan saling pandang, mereka jadi tenang karena merasa ada orang pandai yang membantu mereka. Sesaat sebelum pukulan keempat raja Iblis itu mendarat di tubuh mereka, mereka merasakan punggung mereka hangat oleh suatu arus tenaga yang dahsyat. Saat itulah terdengar seruan dari lawan mereka...
“Bersiaplah untuk bertemu Giam-lo-ong...”
“’PLAAAK....PLAAAKK...DESSS....DEEEESSS” ‘Aiiikhh... Hoeek...hoeeekkk” Terdengar suara ledakan beradunya empat kekuatan dahsyat ketika keempat pukulan para datuk sesat itu mendarat di tubuh keempat pemuda itu. Akibatnya, sungguh aneh...keempat datuk sesat itu terlempar dua tombak ke belakang sambil memuntahkan darah segar.
Mata mereka terbelalak lebar karena tidak menyangka bahwa mereka akan menerima pil pahit seperti ini. Pandangan mereka di arahkan ke belakang keempat pemuda yang mereka akan bunuh itu, tampak berdiri seorang pemuda berpakaian putih dengan rambut riap-riapan. Yang membuat mereka takut adalah tatapan mata pemuda itu yang mengeluarkan hawa api yang penuh kemarahan.
“Huh, Kalian mau mengantar orang ke neraka, silahkan rasakan tangan iblisku...” Belum habis suaranya, tubuh Han Sian lenyap seperti kabut ke arah mereka. Meskipun dalam keadaan terluka namun mereka bukan anak kemarin sore. Mereka berusaha melawan dengan menangkis, tapi tiba-tiba Han Sian lenyap dari hadapan mereka. Di lain saat mereka segera berteriak kesakitan empat larih sinar tajam seperti pedang yang berwarna-warni menembus jantung mereka dari arah punggung. Mereka mati dalam keadaan menggenaskan.
Suasana hening, keempat pemuda yang melihat hal ini tidak dapat berkata apa-apa. Hanya memandang dengan ngeri saja melihat kematian empat datuk sesat ini tapi juga berterima kasih karena telah di selamatkan. Sebelum mereka mengucapkan terima kasih, Han Sian sudah menyahut:
“Tak perlu kalian memandangku begitu, aku memang tidak senang melihat para Iblis itu mengganas. Kalian sembuhkan diri kemudian segera berpencar untuk memperingatkan para tokoh Siauw-lim-pai dan Bu-tong-pai agar berjaga terhadap serbuan kelompok Jit-goat-kauw pada hari Eng-hiong Tai-wang-gwe nanti. Aku akan bergabung dengan kalian setelah menyelamatkan gadis teman kalian itu.” Selesai berkata demikian tangannya melemparkan satu botol kecil kearah Bee Tiong kemudian tubuhnya lenyap bagai asap mengejar kearah orang-orang yang menawan Jie Hong.
Bee Tiong membuka tutup botol tersebut dan menuangkan isinya, ternyata ada empat buah pil yang mengeluarkan bau harum. Segera mereka meminumnya dan mengatuh jalan pernafasan, sepeminuman kopi kemudian mereka tersadar dengan tubuh yang lebih baik. Luka mereka sudah lebih ringan dan tidak mengganggu lagi. Mereka segera bergerak menemui kelima anggota kangouw-hiap-wi lain dan segera menuju ke Siauw-lim-pai dan Bu-tong-pai.
Sementara itu Han Sian melesat cepat ke arah perginya delapan pentolan kaum sesat tadi. Tapi dia tidak sejauh-jauhnya dia mencari tidak juga dia temukan jejak ke delapan orang tersebut. Dia penasaran. Terus tubuhnya melesat ke atah selatan pada jajaran perbukitan yang menjulang di depannya. Tapi sampai pagi tidak juga dia dapat menemukan orang-orang yang di carinya.
Menjelang pagi dia tiba di pinggir sebuah telaga yang tidak terlalu luas, namun memanjang sampai berpuluh kilo meter. Sangking kesalnya karena kehiangan buruannya, dia duduk melangkah mendekati pinggir telaga tersebut. Di lihatnya ada seorang kakek yang sudah tua sekali sedang memancing dengan tenang.
Sekilas dia rambut kakek itu yang petih keperakan semua, dia memperkirakan umur kakek tersebut mungkin sudah lebih dari 100 tahun. Tapi kewaspadaannya segera meningkat ketika di lihatnya tangan dan kakek tersebut yang padat terlebih sinar matanya yang tajam tanda bertenaga dalam tinggi. Segera dia membuka suara bertanya:
“Maaf kakek tua, apakah engkau melihat delapan orang lewat di tempat ini sambil membawa seorang gadis?”
“Aku baru saja datang di tempat ini. Ada apakah?”
“Akhh, tidak apa-apa, aku hanya sedang mencari salah seorang sahabatku yang di tawan oleh para iblis...”
“Hemm, kau berani sekali anak muda, tapi mereka itu sangat sakti, apa kau yakin dapat menyelamatkan temanmu itu?”
“Huh, segala macam 12 Raja Iblis saja siapa takut, baru saja beberapa waktu lalu ku antar empat orang dari antara mereka menemui Giam-lo-ong...Eh, permisi, aku harus pergi” setelah menjura sejenak, Han Sian membalikkan tubuh dan melangkah pergi. Namun baru saja dia berjalan lima langkah, tiba-tiba tubuhnyamelesat kesamping tiga langkah.
“Wuuuuuuutttt.....Daaaarrrrrr” Tempat di mana kakinya berada tadi telah berlubang selebar satu meter hanya dengan ujung mata pancing. Tubuhnya segera berbalik menghadap ke arah kakek tua tersebut dengan pandangan waspada.
“Hahahahaha...rupanya kau cukup berisa, pantas kau sesumbar telah mengirim empat orang dari 12 Raja iblis tersebut...tapi maukah kau main-main denganku barang dua-tiga jurus?” tantang kakek tersebut.
“Maaf, aku tidak mengenal engkau, bagaimana aku dapat melawanmu?”
“Kau akan segera tahu bila bisa menahan tiga kali seranganku...”
“Baik...silahkan mulai” Han Sian tahu kakek di depannya ini memiliki tenaga yang kuat, terbukti hanya dengan mata pancing dapat membuat lubang selebar satu meter. Segera dia mengerahkan Kiu-sian I-sin-kang untuk berjaga-jaga, ementara kedua tangannya telah di aliri Tenaga Inti Petir Murni.
“Jurus pertama...” Seru kakek itu. Tubuhnya maju perlahan dan tangankanannya menepuk ke bahu kiri Han Sian. Sangat sederhana, seperti dua kawan lama yang saling menyapa sambil menepuk bahu saja. Tapi Han Sian merasakan suatu arus kekuatan yang mendorong kuat menggempur kuda-kudanya agar melangkah mundur.
Tak mau kalah, segera tangan kirinya di angkat perlahan menepuk punggung tangan kakek itu. Namun meskipun perlahat namun tibanya cepat sekali. Ini membuat kakek itu juga terkejut karena tenaganya tiba-tiba terputus di tengah-tengah. Segera dia menarik tangannya. Dalam waktu singkat telah terjadi adu kekuatan dan kakek ini terkejut karena dia tidak dapat mengambil kemenangan dalam hal tenaga karena nampaknya tenaga pemuda itu tidak berada di sebelah bawahnya.
“Bagus...bagus, kau memang berbakat...lihat jurus ke dua...Heaaahh” Tubuh kakek itu melenting ke atas dan tiba-tiba delapan belas bola api dan es seperti hujan menghantam ke arah Han Sian dan segera mengurung ruang geraknya.
Han Sian tidak gugup melihat serangan ini. Dalam sekejap cahaya keemasan dari tenaga Hui-im Hong-sin-kang melapisi tubuhnya dan membungkus Pukulan Petir Murninya dalam gerakan yang sederhana menyambut bola-bola api-es tersebut sehingga semuanya meledak di udara tanpa satupun yang menyentuh tanah.
“Aiiikhhhh.....” Kakek itu terkejut karena semua serangannya dapat di tangkis. “Anak muda, aku simpan jurus ke tiga untuk di lain pertemuan...kau carilah buruanmu ke arah barat, mungkin mereka belum jauh...sampai jumpa..” Tubuhnya melesat cepat meninggalkan tempat itu. Han Sian tidak mencegah, lagipula dia memang tidak mempunya permusuhan dengan kakek tua itu.
Segera kakinya bergerak melangkah ke arah barat sesuai petunjuk kakek itu. Tapi baru saja dia melangkah, tiba-tiba tangannya memukul jidatnya seperti teringat sesuatu. Segera dia berbalik dan tubuhnya melesat ke arah perginya sang kakek tua.
Dengan penuh semangat dia mengempos tenaganya melesat di atas pepohonan sehingga dalam sekejap sudah melewati puluhan li. Sampai dia tiba di sebuah lembah berbatu-batu yang sunyi. Setelah sekian lama tetap saja dia tidak menemukan sosok orang tua tadi tapi ujung matanya tiba-tiba menangkap sebuah gerakan seseorang yang berlompatan dengan lincahnya dari atas batu-batuan memasuki sebuah guha sambil memanggul sesosok tubuh. Setelah mengawasi tempat itu sejenak, tubuhnya melayang ke arah guha dan masuk bagai asap tanpa di ketahui siapapun.