Laman

Jumat, 12 April 2013

Perkumpulan Pedang Tunggal

Angin dingin semilir bertiup mewarnai suasana mencekam di lembah Kiam Kok, salah satu lembah yang cukup terkenal karena menjadi sarang dari It Kiam Pang (Perkumpulan Pedang Tunggal).
Perkumpulan ini didirikan salah satu anak perguruan dari Hoa San Pay yang murtad, seorang jagoan pedang yang ahli, berjuluk Hui Thian It Kiam Tang Kai (Pedang Tunggal Terbang Ke Langit) yang sebenarnya adalah bekas Sutee dari Ciangbun jin Hoa San Pay, Ceng Sim Tojin, tapi telah diusir karena melakukan kejahatan dengan bersekutu dengan Im Yang Kauw, yaitu salah satu dari empat partai sesat di dunia.

Dengan langkah ringan yang pasti, Han Sian memasuki mulut lembah tersebut. Hanya kebetulan saja dia melewati tempat itu dalam pengembaraannya.

Pakaian Han Sian tidak terlalu bagus namun rapi dan membayangkan kegagahan seorang pemuda yang sedang bertumbuh. Mulutnya menyungging senyum dengan lekuk dagu yang menggambarkan keteguhan hati namun menawan.

Suasana mencekam di It Kiam Pang saat ini bukanlah suatu hal yang biasa.
Saat langkah Han Sian menuntunnya memasuki lembah ini, keningnya berkerut. Betapa tidak? Walaupun dia mau berdiam diripun susah.
Darah berceceran dimana-mana. Nampak satu mayat laki-laki telanjang bergelimpangan dihampir setiap jarak sepuluh langkah.

Han Sian tertarik. Langkah kakinya dipercepat memasuki lembah tersebut sehingga dalam sekejap saja dia sudah berada di pintu gerbang It Kiam Pang.
Sambil meningkatkan kewaspadaannya, Han Sian mengembangkan Ginkang-nya, dalam sekejap tubuhnya melesat masuk lebih dalam ke lembah.

Ternyata ditengah-tengah lembah tersebut nampak berdiri dengan gagahnya sebuah perkampungan yang megah. Tiap bangunannya rata-rata memiliki atap yang lancip ke atas mirip sebuat pedang terhunus. Mungkin keunikan inilah yang menyebabkan tempat ini dinamakan Lembah Pedang, seperti tulisan yang terpampang dengan gagah di pintu gerbang Istana itu.

Telinga Han Sian yang tajam mendengar suara tertawa yang halus di sebelah dalam. Tidak nampak penjaga di gerbang, seolah-olah memang di tempat itu, tidak peduli atau takut kalau-kalau ada orang tak dikenal menyantroni tempat itu.

Dengan hati-hati Han Sian mengenjotkan sebelah kakinya, seketika itu juga tubuhnya melayang mengikuti arah angin dan lain saat tubuhnya hinggap di atap salah satu bangunan yang tinggi tanpa bersuara. Sesaat matanya tertarik dengan pandangan di dalam.

Suara yang Han Sian dengar tadi ternyata adalah suara seseorang yang berpenampilan aneh. Tingginya hampir dua meter dengan wajah yang kurang jelas karena tertutup rambut panjang yang dibiarkan terurai setengah menutupi muka.

Pakaian orang itu, yang entah pria atau wanita, berwarna putih. Tangannya panjang dengan kuku-kuku yang panjang juga.

Yang membuat han Sian mengerutkan keningnya tatkala melihat tangan kiri pria tersebut mencengkeram tengkuk seorang gadis muda yang berpakaian serba hijau, tapi nampak tak berdaya sama sekali.

Sementara dihadapan pria aneh tersebut, ada pria setengah baya dengan tubuh luka-luka, setengah bertelut dengan tangan yang kanan memegang pedang dan tangan kiri memeluk tubuh seorang wanita yang sudah tidak bernapas yang hampir sama umur dengannya.

“Heh Tang Kai …! Masihkah kau tidak mau juga menunjukkan dimana rahasia Pusaka Iblis tersebut? Jangan habiskan kesabaranku atau aku akan menghabisi nyawa anakmu tersayang juga …!”
Suara itu begitu datar, dingin dan membawa hawa yang kejam.

Pria yang dipanggil Tang Kai itu tetap dia, tatapannya menyiratkan kebencian yang amat dalam, “Song Bun Mo Ong! Engkau melanggar kesepakatan kita ...! Sampai matipun aku takkan mau tunduk padamu ...!”

Sesudah berkata demikian, tubuh Tang Kai yang dari posisi setengah berjogkok itu tiba-tiba melesat ke depan dengan tubuh berputaran seperti gasing. Hampir menyentuh tanah sangking cepat dan kuatnya. Sementara ujung pedangnya berubah menjadi banyak mengarah ke keluruh titik kematian dari pria aneh berjuluk Song Bun Mo Ong (Raja Iblis Mayat Hidup) tersebut.

Hakikatnya Tang kai ini sudah nekat dan tidak peduli lagi akan nyawanya, maupun nyawa putrinya yang ada dalam cengkraman lawan. Mungkin inilah jurus maut terakhirnya yang dikerahkan dengan pengerahan seluruh tenaga sisa yang ada.

“Huh, keras kepala ...!” Song Bun Mo Ong hanya mendesis lirih seperti ular, tiba-tiba tangannya yang berkuku panjang, terulur ke depan sambil mengeluarkan suara mencicit tajam dan bau amis darah.

Lima larik sinar merah keluar dari ujung-ujung kuku Song Bun Mo Ong yang menghantam dengan sangat kuat kearah bayangan pedang tersebut, dan dilain saat tubuh Tang Kai terlempar tanpa mengeluarkan suara dengan pedang yang patah tiga dan tubuh berlubang.

“Sial ...dasar keras kepala!” Song Bun Mo Ong terlihat gusar karena maksud hatinya tidak kesampaian juga. Sesaat kemudian dia melirik kearah gadis berusia dua puluhan tahun yang sedang diam tak berkutik disamping Tang Kai. Mata gadis itu merah dan penuh air mata, namun tiada daya membebaskan diri.

“Tee Sun Lai, kemari kau ...!” Seketika keluar bentakan dari mulut Song Bun Mo Ong, dan dalam beberapa detik disampingnya telah berdiri seorang pemuda tampan. Mudah diduga, pasti pendatang baru ini adalah murid dari si Mayat Hidup ini.

“Teecu disini Suhu,” Sahut pemuda itu dengan wajah gembira. Yah, pada dasarnya dia sudah tahu pekerjaan apa yang akan ditugaskan oleh Suhu-nya.

“Lakukan disini! Sekarang juga ...! Buat sampai gurumu puas ...!”

Di lain saat tubuh gadis berpakaian hijau tersebut sudah melayang kearah Tee Sun Lai yang menyambutnya dengan wajah menyeringai.

Tee Sun Lai tersenyum. Sudah biasa dia lakukan ini. Gurunya memang mempunyai kelainan. Dia sangat suka melihat orang bercinta di depan matanya.

“Breeet …!”

Perlahan Tee Sun Lai membaringkan gadis yang dalam keadaan tertotok itu sementara tangannya bergerak merobek pakaian gadis tersebut di bagian dada.

Gadis itu terbelalak ketakutan, namun sayang dia tidak dapat berbuat apa-apa selain pasrah dengan bencana yang akan terjadi atas dirinya. Perlahan dia memejamkan matanya.
Sementara tangan Tee Sun Lai bergerak cepat. Dalam sekejap gadis itu telah berada dalam keadaan tanpa pakaian sama sekali.

Tee Sun Lai Terbelalak. Gadis dihadapannya ini memang cantik bukan main. Tubuhnya langsing padat dengan dada yang bulat membusung, sangat menantang. Segera dia menundukkan kepala untuk mencium bibir gadis itu, tapi tiba-tiba …

“Tahan sobat! Tak pantas kau mempermalukan seorang gadis seperti itu ...!”

Suatu suara yang lembut namun bertenaga terdengar.
Dapat dibayangkan betapa kagetnya Tee Sun Lai tatkala dihadapannya sudah berdiri seorang pemuda yang usianya mungkin jauh lebih muda darinya.

Lebih-lebih Song Bun Mo Ong. Betapa tidak. Dia adalah salah satu dari tiga tokoh rahasia dari Im Yang kauw. Sangat jarang ada orang yang dapat menandinginya, bahkan dengan ketua Im Yang kauw yang terkenal sebagai satu dari lima Iblis Bumi pun, dia hanya kalah seusap saja. Tapi ternyata seorang pemuda yang masih bau kencur tiba-tiba sudah berdiri dihadapannya tanpa dia ketahui dari mana datangnya. Setengah tak percaya, tapi nyata. Tak dapat Song Bun Mo Ong menyangkal. Namun dengan mata setengah menyipit, dia memperhatikan lebih seksama dan menanti.

Tee Sun Lai yang melihat bahwa gurunya hanya diam saja, juga tidak mau peduli. Dengan setengah kesal, kembali dia mengalihkan perhatiannya pada kelinci montok yang sedang terbaring dengan tubuh indah menantang itu. Tee Sun Lai percaya bahwa dengan adanya gurunya, maka semua persoalan akan beres. Dan sayangnya, karena terlalu percaya, maka dia harus menelan pill pahit.
“Buuk …!”
“Arrgh ...!”
Tubuh pemuda mesum itu terlempar dan terjengkang dua tombak ke belakang. Di pundak kirinya tampak tergores oleh senjata tajam. Menembus sampai ke punggungnya dan rasanya seperti terbakar.
Tee Sun Lai terluka, luka dalam yang cukup parah. Sambil meringis menahan sakit, dia hanya memandang hampir tak percaya pada pendatang baru yang baru muncul ini.
Sungguh terkejut Song Bun Mo Ong dan juga tidak habis pikir. Muridnya dilukai di depan matanya tanpa dia sanggup berbuat apa-apa. Tahulah di, anak muda ini cukup berisi.
“Anak tengik, terima ini ...!”
Belum habis suara Song Bun Mo Ong, tangan kanan Song Bun Mo Ong dengan jari-jari lurus kedepan dengan kuku panjang telah menyerang dengan ganas.
Sasarannya mengarah ke kepala Han Sian. Hawa pukulan yang dikeluarkan pukulannya yang dilandasi Iweekang tinggi mengeluarkan angin berkesiutan dengan bau amis yang memuakkan.
Dengan tenang Han Sian mengangkat tangannya dengan jari telunjuk dan tengah lurus menotok pukulan yang datang. Keduanya tidak menarik tenaga mereka. Rupanya mereka memutuskan untuk mengadu tenaga.
“Dhuuuukkkk …!”
“Aikhh ...!”
Song Bun Mo Ong terkejut setengah mati. Kuda-kudanya tergempur sampai melesak ke tanah sedalam dua dim.Song Bun Mo Ong tak habis percaya ... Iweekang-nya adalah hasil latihan puluhan tahun, tapi tidak selisih jauh dengan anak muda di depannya ini.
Sesaat Song Bun Mo Ong tertegun sambil mengdengus marah, tiba-tiba mulutnya mengeluarkan suara tangisan tertahan, setengah tertawa. Tangannya berubah merah sampai ke siku dan dari tubuhnya keluar asap kemerahan yang mengelilingi tubuhnya dan mengeluarkan bau mayat yang menyengat.
Tak pelak lagi, Song Bun Mo Ong telah mengerahkan ilmu kebanggaannya Song Bun Hiat Jiu (Tangan Darah Mayat Hidup).
Tubuh Song Bun Mo Ong berkelebat cepat, namun terlihat kaku seperti mayat. Tangannya mengeluarkan suara mengerikan, menyerang Han Sian dengan gencarnya.
Han Sian tentu saja tidak tinggal diam. Segera dia memainkan “Pukulan Inti Petir Murni”. Dia tahu, pukulan lawam sangat beracun, tapi tidak masalah baginya karena tubuhnya dilindungi khikang istimewa yang cukup kuat dan dapat menolak semua hawa asing dari luar.
Pertempuran terus berlangsung. Sudah lewat dua puluh jurus.
Sebenarnya Han Sian belum lama turun gunung. Dan berbicara soal pengalaman maupun kematangan bertempur, dia kalah jauh namun kedahsyatan ilmu silatnya yang walaupun belum dikuasainya sempurna.
Namun sebegitu jauh pertempuran berlangsung, belum ada tanda-tanda Han Sian terdesak. Ini membuat Song Bun Mo Ong tambah penasaran. Segera dia mengerahkan tenaganya sampai ke puncak. Memukul dengan jurus “Mayat Hidup Pembunuh Dewa”.
Tubuh Song Bun Mo Ong melompat ke atas. Dari atas ke sepuluh jari tangan dipukulkan ke depan terus menerus, dan dari ujung kuku-kukunya keluar larikan-larikan sinar merah yang menyerang dahsyat setiap titik pusat di tubuh Han Sian.
Melihat ini, Han Sia tidak menjadi gugup. Sekejap dia mengeluarkan pekikkan nyaring, sambil tubuhnya berputaran seperti gasing saking cepatnya. Dari tubuh Han Sian keluar cahaya kuning keemasan yang melindungi dan mementalkan semua larik-larik sinar lawan.
Sementara saat tubuh Han Sian berputaran, tiba-tiba dari dalam pusaran ini menyambar selarik sinar keemasan seperti pedang yang amat tajam, mengarah kearah Song Bun Mo Ong yang sedang di udara.
“Haaiiiiit! Aakhh …!”
Song Bun Mo Ong berteriak kaget.Tubuh Song Bun Mo Ong terlempar ke belakang. Sambil berjumplitan untuk mematahkan tenaga balik yang dahsyat dari Han Sian, dia mendarat sempoyongan ke belakang.
“Kita pergi ..!”
Dengan mendengus, tubuh Song Bun Mo Ong berbalik dan berlalu dari situ. Sinar matanya membayangkan dendam yang amat sangat terhadap Han Sian.
Song Bun Mo Ong, tidak banyak bicara lagi, yah , karena memang dasarnya dia tidak bisa mengeluarkan suara banyak, sebab luka dalamnya sangat parah. Mungkin akan memakan waktu berbulan-bulan untuk menyembuhkan dirinya.
Tee Sun Lai juga bangkit dengan terseok-seok mengikutinya, sambil mukanya tersenyum aneh namun penuh kebencian.
Han Sian memejamkan matanya, menarik napas panjang sejenak dan menghembuskannya perlahan sambil mengatur sirkulasi tubuhnya. Tadi Han Sian mengerahkan salah satu ilmu yang dipelajarinya dari kitab kuno di “Tebing Langit”. Itulah ilmu Bu Tek Chit Kiam Ciang (Pukulan Tujuh Jari Pedang Tanpa Tanding) yang dahsyat. Jurus ini memiliki tujuh jurus yang memiliki tingkat terpisah .. Sayang dia masih jauh dari sempurna dalam penguasaan ilmu itu.
Perlahan Han Sian membuka matanya kemudian mendekati gadis yang sejak tadi memandanginya dengan penuh rasa terima kasih. Dari jauh Han Sian mengerahkan tenaganya dan membebaskan totokan dari tubuh gadis itu.
Merasakan dirinya terbebas dari pengaruh totokan, sang gadis segera meloncat berdiri dan segera mengenakan pakaiannya. Wajahnya memerah karena menahan malu. Namun hatinya kebat kebit menahan haru.
Setelah selesai, dia segera membalikkan badannya. Dilihatnya pemuda itu masih saja menghadap kearah lain. Baru saja dia hendak membuka mulut.
“Bagaimana keadaanmu Enci, apakah kau tidak apa-apa?”
Gadis itu tertegun, “Enci …?” Katanya dalam hati, tapi matanya yang masih nampak bekas-bekas air mata, mengamati dengan seksama. Dia mendapat kenyataan ternyata pemuda yang telah menolongnya itu lebih muda tiga tahun darinya.
“Eh ...? Oh ...! Ya ...! Ya ...! Ya! Aku tidak apa-apa! Hanya ...”
Sekilas nampak wajah gadis itu murung sambil melirik kearah ke-dua mayat di sebelahnya. Perlahan dia mendekati dan berlutut sambil menangis sesegukan.
“Ayah dan ibumu-kah mereka, Enci ...?”
Gadis itu menggelang kepala, “Bukan ...” Terdiam sejenak dia melanjutkan dengan suara lirih, “Tapi mereka yang membesarkanku dan merawatku sejak dari kecil ...”
Han Sian terus membiarkan saja Gadis itu menangis sampai sekian lama. Setelah reda, Han Sian membantu nya untuk menguburkan semua mayat-mayat yang ada.
Dari gadis itu dia mengetahui namanya Tang Hui Si. Lebih lanjut dia juga mendapat keterangan. Memang Hui Thian It Kiam Tang Kai (Pedang Tunggal Terbang Ke Langit) adalah seorang yang telah dianggap murtad oleh Hoa San Pay dan bersekutu dengan partai sesat. Tapi Tang Kai menempuh jalan sesat tersebut sebenarnya adalah karena terpaksa karena ada rahasia yang besar di balik semua ini.
Walaupun menjadi murid Hoa San Pay, tapi Tang Kai adalah murid perantauan yang tidak terikat dengan partai.
Kurang lebih lima belas tahun yang lalu Tang Kai tiba-tiba saja mengakhiri kesukaannya merantau dan memilih untuk tinggal di Lembah Pedang dan akhirnya berhasil mendirikan perkumpulan Pedang tunggal tersebut.
Puluhan tahun Tang Kai berusaha menyembunyikan dan menjaga rahasia tersebut, bahkan sampai rela bersekutu dengan golongan hitam untuk menutupi kedoknya. Namun rupanya, isu tentang adanya suatu rahasia di lembah pedang itu akhirrnya didengar juga oleh para sekutunya, dan mereka berusaha untuk mengetahuinya. Bahkan tak pelak lagi, ini menarik perhatian banyak pentolan tokoh-tokoh sesat dunia hitam lainnya
Sayangnya Gadis itu tidak mengetahui rahasia apa gerangan yang disembunyikan oleh ayah angkatnya selama ini tentang lembah Pedang tersebut.