Dengan tertarik Han Sian mendekati peti tersebut kemudian membukanya
perlahan. Ternyata didalamnya dia menemukan sesosok kerangka yang sedang
duduk bersila. Di tangannya ada secarik kain yang terbuat dari bahan
khusus yang tidak mudah rusak dan dilapisi kulit kambing. Di atasnya ada
tulisan yang berbunyi:
“Puluhan tahun malang-melintang di dunia Kang Ouw, Iblis Pemusnah
Tanpa Bayangan si Penantang Dewa akhirnya mati dalam kekosongan. Pewaris
yang berjodoh, hanya boleh menggunakan ilmu ini untuk membersihkan nama
busuk dari sang pemusnah!”
Han Sian tertegun sesaat demi mengetahui riwayat sang tokoh yang tinggal tulang belulang ini.
Segera dia bermaksud mengangkat tulang-tulang tersebut untuk
dikuburkan, tapi saat dia menyentuhnya, kerangka itu kemudian hancur
jadi abu. Di tempat di mana kerangka itu berada Han Sian menemukan tiga
belas batu hitam segi delapan. Ternyata disitulah terukir tiga belas
jurus sakti “Seribu Bayangan Iblis Pemusnah” yang amat dahsyat tapi juga
mengerikan.
Demikianlah mulai saat itu Han Sian tinggal di dalam guha tersebut
sambil melatih semua Ilmu-ilmunya. Saat dia teringat mayat Hui Si, Han
Sian menjadi sangat sedih. Teringat dia betapa gadis yang sangat cantik
itu telah menghabiskan waktu berhari-hari menikmati kenikmatan cinta
dengannya. Suatu hal yang dia belum pernah rasakan sebelumnya.
Sejak saat itu Han Sian memutuskan untuk berkabung selama satu tahun
penuh, dan dia tidak akan keluar sebelum habis masa berkabungnya. Saat
yang sama juga dia mempergunakan waktu satu tahun tersebut untuk
mematangkan semua Ilmu-ilmu yang dia miliki.
JIT GOAT KAUW
Waktu dua tahun berlalu dengan cepatnya. Dunia Kang Ouw gempar dengan
munculnya seorang tokoh dunia hitam yang berjuluk Jit Goat Mo Ong.
Momok ketakutan membayang di mata para kaum tua dunia persilatan.
Mengapa tidak! Siapapun sangat mengetahui bahwa tokoh ini adalah
salah satu tokoh yang sudah lama menghilang dari dunia Kang Ouw.
Kalaupun benar yang diceritakan oleh kakek dan nenek mereka, maka
berarti umur tokoh sesat ini sudah mencapai dua ratusan lebih. Tidak ada
yang pernah melihat sepak terjang tokoh ini secara langsung. Hanya
diketahui bahwa Tokoh ini bergerak dibalik sebuah perkumpulan yang
sangat kuat yang dikenal sebagai Jit Goat Kauw.
Keberadaan Jit Goat Kauw ini sangat hebat.
Betapa tidak, sedangkan dua belas Raja Iblis-pun harus mengaku tunduk
dan mengabdi pada Jit Goat Kauw ini. Mereka memiliki pengikut lebih
dari lima ratus orang.
Dengan adanya dukungan tokoh-tokoh hitam yang sakti ini, Jit Goat Kauw
terus melebarkan sayapnya untuk menguasai dunia Kang Ouw. Pembantaian
terjadi dimana-mana bahkan tak banyak para tokoh aliran putih yang
dibantai.
Sejauh ini masih tersisa lima perguruan besar yang masih belum digempur secara terang-terangan oleh Jit Goat Kauw ini.
Partai-partai yang belum takluk ini yang bahkan sangat gencar
mengadakan perlawanan pada Jit Goat Kauw meskipun tidak secara langsung.
Mereka adalah Siauw Lim Pay, Bu Tong Pay, Kun Lun Pay, Hoa San Pay dan
Thai San Pay.
Meskipun tidak secara berterang dan terkesan menutup diri, namun
kelima perguruan ini sejak dua tahun terakhir ini telah berusaha sehebat
mungkin mempersiapkan jago-jago unggulan mereka. Bahkan mereka melatih
murid-murid mereka dengan berbagai cara untuk peningkatan dalam
penguasaan Ilmu-ilmu dari pintu perguruan mereka.
SAM CI CIANG
Sore hari ... di belakang puncak pegunungan Hoa San Pay. Seorang
gadis berusia tujuh belas tahun sedang berlatih ilmu pedang Hoa San Kiam
Sut melawan lima orang tosu berpakaian serba putih.
Dihadapannya tampak bersila seorang kakek berambut putih yang sudah ubanan yang berusia sekitar 80 tahunan.
Gadis yang cantik dan mengiurkan itu bukan lain adalah Cu In Lan.
Pertemuan pertamanya dengan Han Sian memberikan berkah yang tidak
sedikit padanya.
Selama tujuh hari Han Sian menyatakan rela menebus kesalahannya
dengan mengajarkannya Ilmu Thian In Hui Cu (Terbang Menunggang Awan
Langit) dan Pukulan Inti Petir Murni.
Saat dia kembali ke Hoa San Pay, kebetulan dia bertemu dengan salah
satu sesepuh partainya yang sudah lama mengasingkan diri. Yaitu yang
lebih dikenal dengan nama Hoa San Siang Jin.
Hoa San Siang Jin ini sebenarnya adalah Toa Susiok (Paman Guru tertua) dari Ciangbun Jin Hoa San Pay yang sekarang.
Begitu melihat bakat yang dimiliki oleh Cu In Lan, dan karena turut
juga merasakan gejolak dunia Kang Ouw yang ada, maka Hoa San Siang Jin
berkenan mengambil anak dara ini untuk menjadi murid penutupnya.
Sementara kelima orang yang mengeroyoknya itu adalah kelima orang Sute dari Pek Mau Sian Jin, yaitu ketua Hoa San Pay.
Pertempuran berlangsung dengan dahsyat. Tubuh kelima orang tosu itu
berkelebat memainkan Hoa San Kiam Tin yang ampuh. Pedang mereka
berkelebat membentuk sinar panjang dan tebal mengurung In Lan.
Namun yang hebatnya, Cu In Lan tidak nampak terdesak, meskipun
nampaknya sangat sulit untuk menang dengan cepat Dia memainkan ilmu
pedang ciptaan gurunya yang bernama “Pat Liong Kiam Li Hoat”(Tarian
Pedang Delapan Naga) sambil mengerahkan Thian In Hui Cu. Sementara
tangan kiri Cu In Lan dengan tiga jari terbuka selalu memuntahkan
ledakan-ledakan dengan ilmu Inti Petir Murni yang sudah digubah dan
disempurnakan oleh gurunya agar selaras dengan ilmu Sam Ci Ciang
(Pukulan Tiga Jari) dari Hoa San pay.
Setelah lebih dari 150 jurus berlalu, akhirnya terdengar suara kakek itu.
“Cukup …! Lan-jie, cukup ...! Engkau sudah lulus!”
Terlihat senyuman yang senang dari wajah gadis itu tatkala mendengar
seruan gurunya. Bersamaan dengan Hoa San Kiam Tin yang menarik serangan
mereka, gadis inipun melejit ke atas sambil berputaran tiga kali dan
turun dihadapan Suhu-nya dengan tanpa suara.
“Suhu, apakah itu berarti bahwa murid sudah boleh turun gunung?”
Kembali Cu In Lan bertanya lembut tapi wajahnya harap-harap cemas.
Betapa tidak. Cukup lama Cu In Lan berlatih keras. Siang malam hampir
tanpa henti. Meskipun mulutnya tidak berucap, namun hatinya tiada henti
selalu merindukan suatu nama “Han Sian” dalam hatinya. Dan sekarang
kesempatan yang dia nanti-nantikan untuk turun gunung telah tiba.
Itulah sebabnya saat gurunya meminta kelima Suheng-nya untuk
mengujinya, Cu In Lan berupaya mengerahkan segala kemampuannya, dan
sekarang dia dinyatakan lulus. Betapa senang hatinya.
“Baiklah, Lan-jie, kau boleh turun gunung setelah tiga hari dari
sekarang ...! Malam nanti datanglah menghadap untuk menerima petunjuk
terakhir!”
Belum lenyap suaranya, tubuh orang tua itu sudah berkelebat cepat sekali dan lenyap juga dari tempat itu.
Setelah kelima orang Suhengnya kembali. Cu In Lan tinggal sendirian.
Segera dia kembali ke pondoknya dan beristirahat.Baru saja dia hendak
melangkahkan kakinya, firasatnya mengatakan ada sesuatu yang tidak
beres. Segera dia membalikkan tubuhnya. Dan benar saja, dihadapannya
nampak dua orang kakek yang aneh.
Meskipun Cu In Lan merasa penasaran, tapi sebagai seorang yang
mengerti tata krama, dia segera menyapa lembut, “Akhh, maafkan karena
tidak menduga akan kedatangan Jiwi Locianpwe ...”
“Hehehe …! Hek Hoat Mo Ong, tampaknya gadis ini cocok untuk dijadikan
hadiah buat Kauwcu ya kita, bagaimana menurutmu ...?” Kata kakek yang
bermuka codet di mata kiri.
“Hemmnn ... aku sependapat! Tapi tampaknya ilmunya juga tidak lemah.
Apalagi kalau dia murid Hoa San Sian Jin ...! Kau harus berhati-hati!”
Sahut kakek yang satunya lagi
“Hah ...! Hati-hati? Kau lihat saja ...!” Sambil berkata demikian kakek itu melangkah maju.
“Kesinilah dara manis, serahkan dirimu baik-baik ...!” Tangannya
membentuk cakar tiba-tiba terulur panjang, duakali panjang lengannya.
Yang satu mencengkram kearah lengan kanannya, sedang tangan yang lain
kearah dadanya yang menonjol indah.
“Iiiikhh ...! Dasar kakek cabul! Tidak tahu malu ...!” Cu In Lan
memekik marah. dilain saat bergerak mundur dua tindak ke belakang,
sedang tangannya memukul sambil memapaki serangan lawan.
“Haiiit ...!
“Dhuukkk!”
Keduanya sama terdorong mundur. Hanya bedanya Cu In Lan terdorong tiga langkah sedangkan orang itu hanya satu langkah.
“Eh ...?” Kakek codet itu kaget setengah mati. Gadis itu mampu
menghindar bahkan berani menangkis pukulannya. Tahulah dia bahwa tidak
mudah baginya untuk meringkus gadis ini dengan cepat.
“Bagus, kau berani melawan ...! Tapi itu tidak akan lama!” Belum
selesai ucapannya, Kakek codet itu telah menyerang dengan gencar dengan
Ilmu-ilmunya yang aneh, yaitu selalu menyerangnya dengan gerakan-gerakan
aneh mirip monyet. Tak salah lagi, itulah Hek Wan Tok Hoat (Pukulan
Beracun Lutung Hitam).Segera Cu In Lan memainkan Ilmu Hoa San kun
Hoatnya. Tapi baru lima jurus dia hampir kecundang di bahu kirinya.
“Hehehe …! Kalau kau mengandalkan Hoa San Kun Hoat, itu tak akan berarti banyak, anak manis ...!”
Cu In Lan gusar setengah mati. Segera dia memekik nyaring dan
megerahkan Thian In Hui Cu dan kedua tangannya membentuk totokan tiga
jari yang dilandasi Tenaga Inti Petir Murni, mencecar lawan dengan
sebat. Kedua tangannya, mengirim serangan enam kali kearah enam titik
kematian di tubuh lawan. Gerakannya cepat dan dalam enam kali serangan
itu dia tidak menyentuh tanah sama sekali.
“Haiaaaa …! Galak hebat amat, apa ini yang namanya Sam Ci Ciang ...?
Tapi kenapa tidak sama ...?” Kakek codet itu kaget setengah mati. Soal
tenaga dia menang tapi soal kecepatan, dia kalah jauh. Tapi belum sempat
dia memperbaiki posisinya, terdengar suara datar ...
“Huh, Hek Wan Sin Mo, kau terlalu lama ...!” Kakek yang satu segera
terjun ke tengah pertarungan dan memukul kearah kepala Cu In Lan.
Cu In Lan kaget, dan mengangkat tangan menangkis, tapi aneh, dia
tidak merasakan tenaga apa-apa. Segera dia curiga, namun sayangnya
kecurigaannya itu terlambat.Segera Cu In Lan merasakan kepalanya pusing.
Dilain saat tubuhnya terkulai lemas dan langsung disambar oleh Hek Wan
Sin Mo.
“Hehehe …! Hek Hoat Mo Ong, sepertinya Racun pelemah semangatmu
benar-benar sangat manjur ...! Pada hari Pertemuan nanti, Kauwcu Yaa
pasti akan puas, hahaha …!”
Dalam waktu singkat kedua tokoh hitam itu sudah berlalu dari tempat itu sambil membawa Cu In Lan.