Laman

Jumat, 12 April 2013

Pusaka Iblis Pemusnah Tanpa Bayangan

Dengan tertarik Han Sian mendekati peti tersebut kemudian membukanya perlahan. Ternyata didalamnya dia menemukan sesosok kerangka yang sedang duduk bersila. Di tangannya ada secarik kain yang terbuat dari bahan khusus yang tidak mudah rusak dan dilapisi kulit kambing. Di atasnya ada tulisan yang berbunyi:
“Puluhan tahun malang-melintang di dunia Kang Ouw, Iblis Pemusnah Tanpa Bayangan si Penantang Dewa akhirnya mati dalam kekosongan. Pewaris yang berjodoh, hanya boleh menggunakan ilmu ini untuk membersihkan nama busuk dari sang pemusnah!”
Han Sian tertegun sesaat demi mengetahui riwayat sang tokoh yang tinggal tulang belulang ini.
Segera dia bermaksud mengangkat tulang-tulang tersebut untuk dikuburkan, tapi saat dia menyentuhnya, kerangka itu kemudian hancur jadi abu. Di tempat di mana kerangka itu berada Han Sian menemukan tiga belas batu hitam segi delapan. Ternyata disitulah terukir tiga belas jurus sakti “Seribu Bayangan Iblis Pemusnah” yang amat dahsyat tapi juga mengerikan.
Demikianlah mulai saat itu Han Sian tinggal di dalam guha tersebut sambil melatih semua Ilmu-ilmunya. Saat dia teringat mayat Hui Si, Han Sian menjadi sangat sedih. Teringat dia betapa gadis yang sangat cantik itu telah menghabiskan waktu berhari-hari menikmati kenikmatan cinta dengannya. Suatu hal yang dia belum pernah rasakan sebelumnya.
Sejak saat itu Han Sian memutuskan untuk berkabung selama satu tahun penuh, dan dia tidak akan keluar sebelum habis masa berkabungnya. Saat yang sama juga dia mempergunakan waktu satu tahun tersebut untuk mematangkan semua Ilmu-ilmu yang dia miliki.
JIT GOAT KAUW
Waktu dua tahun berlalu dengan cepatnya. Dunia Kang Ouw gempar dengan munculnya seorang tokoh dunia hitam yang berjuluk Jit Goat Mo Ong. Momok ketakutan membayang di mata para kaum tua dunia persilatan.
Mengapa tidak! Siapapun sangat mengetahui bahwa tokoh ini adalah salah satu tokoh yang sudah lama menghilang dari dunia Kang Ouw.
Kalaupun benar yang diceritakan oleh kakek dan nenek mereka, maka berarti umur tokoh sesat ini sudah mencapai dua ratusan lebih. Tidak ada yang pernah melihat sepak terjang tokoh ini secara langsung. Hanya diketahui bahwa Tokoh ini bergerak dibalik sebuah perkumpulan yang sangat kuat yang dikenal sebagai Jit Goat Kauw.
Keberadaan Jit Goat Kauw ini sangat hebat.
Betapa tidak, sedangkan dua belas Raja Iblis-pun harus mengaku tunduk dan mengabdi pada Jit Goat Kauw ini. Mereka memiliki pengikut lebih dari lima ratus orang.
Dengan adanya dukungan tokoh-tokoh hitam yang sakti ini, Jit Goat Kauw terus melebarkan sayapnya untuk menguasai dunia Kang Ouw. Pembantaian terjadi dimana-mana bahkan tak banyak para tokoh aliran putih yang dibantai.
Sejauh ini masih tersisa lima perguruan besar yang masih belum digempur secara terang-terangan oleh Jit Goat Kauw ini.
Partai-partai yang belum takluk ini yang bahkan sangat gencar mengadakan perlawanan pada Jit Goat Kauw meskipun tidak secara langsung. Mereka adalah Siauw Lim Pay, Bu Tong Pay, Kun Lun Pay, Hoa San Pay dan Thai San Pay.
Meskipun tidak secara berterang dan terkesan menutup diri, namun kelima perguruan ini sejak dua tahun terakhir ini telah berusaha sehebat mungkin mempersiapkan jago-jago unggulan mereka. Bahkan mereka melatih murid-murid mereka dengan berbagai cara untuk peningkatan dalam penguasaan Ilmu-ilmu dari pintu perguruan mereka.
SAM CI CIANG
Sore hari ... di belakang puncak pegunungan Hoa San Pay. Seorang gadis berusia tujuh belas tahun sedang berlatih ilmu pedang Hoa San Kiam Sut melawan lima orang tosu berpakaian serba putih.
Dihadapannya tampak bersila seorang kakek berambut putih yang sudah ubanan yang berusia sekitar 80 tahunan.
Gadis yang cantik dan mengiurkan itu bukan lain adalah Cu In Lan. Pertemuan pertamanya dengan Han Sian memberikan berkah yang tidak sedikit padanya.
Selama tujuh hari Han Sian menyatakan rela menebus kesalahannya dengan mengajarkannya Ilmu Thian In Hui Cu (Terbang Menunggang Awan Langit) dan Pukulan Inti Petir Murni.
Saat dia kembali ke Hoa San Pay, kebetulan dia bertemu dengan salah satu sesepuh partainya yang sudah lama mengasingkan diri. Yaitu yang lebih dikenal dengan nama Hoa San Siang Jin.
Hoa San Siang Jin ini sebenarnya adalah Toa Susiok (Paman Guru tertua) dari Ciangbun Jin Hoa San Pay yang sekarang.
Begitu melihat bakat yang dimiliki oleh Cu In Lan, dan karena turut juga merasakan gejolak dunia Kang Ouw yang ada, maka Hoa San Siang Jin berkenan mengambil anak dara ini untuk menjadi murid penutupnya.
Sementara kelima orang yang mengeroyoknya itu adalah kelima orang Sute dari Pek Mau Sian Jin, yaitu ketua Hoa San Pay.
Pertempuran berlangsung dengan dahsyat. Tubuh kelima orang tosu itu berkelebat memainkan Hoa San Kiam Tin yang ampuh. Pedang mereka berkelebat membentuk sinar panjang dan tebal mengurung In Lan.
Namun yang hebatnya, Cu In Lan tidak nampak terdesak, meskipun nampaknya sangat sulit untuk menang dengan cepat Dia memainkan ilmu pedang ciptaan gurunya yang bernama “Pat Liong Kiam Li Hoat”(Tarian Pedang Delapan Naga) sambil mengerahkan Thian In Hui Cu. Sementara tangan kiri Cu In Lan dengan tiga jari terbuka selalu memuntahkan ledakan-ledakan dengan ilmu Inti Petir Murni yang sudah digubah dan disempurnakan oleh gurunya agar selaras dengan ilmu Sam Ci Ciang (Pukulan Tiga Jari) dari Hoa San pay.
Setelah lebih dari 150 jurus berlalu, akhirnya terdengar suara kakek itu.
“Cukup …! Lan-jie, cukup ...! Engkau sudah lulus!”
Terlihat senyuman yang senang dari wajah gadis itu tatkala mendengar seruan gurunya. Bersamaan dengan Hoa San Kiam Tin yang menarik serangan mereka, gadis inipun melejit ke atas sambil berputaran tiga kali dan turun dihadapan Suhu-nya dengan tanpa suara.
“Suhu, apakah itu berarti bahwa murid sudah boleh turun gunung?” Kembali Cu In Lan bertanya lembut tapi wajahnya harap-harap cemas.
Betapa tidak. Cukup lama Cu In Lan berlatih keras. Siang malam hampir tanpa henti. Meskipun mulutnya tidak berucap, namun hatinya tiada henti selalu merindukan suatu nama “Han Sian” dalam hatinya. Dan sekarang kesempatan yang dia nanti-nantikan untuk turun gunung telah tiba.
Itulah sebabnya saat gurunya meminta kelima Suheng-nya untuk mengujinya, Cu In Lan berupaya mengerahkan segala kemampuannya, dan sekarang dia dinyatakan lulus. Betapa senang hatinya.
“Baiklah, Lan-jie, kau boleh turun gunung setelah tiga hari dari sekarang ...! Malam nanti datanglah menghadap untuk menerima petunjuk terakhir!”
Belum lenyap suaranya, tubuh orang tua itu sudah berkelebat cepat sekali dan lenyap juga dari tempat itu.
Setelah kelima orang Suhengnya kembali. Cu In Lan tinggal sendirian. Segera dia kembali ke pondoknya dan beristirahat.Baru saja dia hendak melangkahkan kakinya, firasatnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Segera dia membalikkan tubuhnya. Dan benar saja, dihadapannya nampak dua orang kakek yang aneh.
Meskipun Cu In Lan merasa penasaran, tapi sebagai seorang yang mengerti tata krama, dia segera menyapa lembut, “Akhh, maafkan karena tidak menduga akan kedatangan Jiwi Locianpwe ...”
“Hehehe …! Hek Hoat Mo Ong, tampaknya gadis ini cocok untuk dijadikan hadiah buat Kauwcu ya kita, bagaimana menurutmu ...?” Kata kakek yang bermuka codet di mata kiri.
“Hemmnn ... aku sependapat! Tapi tampaknya ilmunya juga tidak lemah. Apalagi kalau dia murid Hoa San Sian Jin ...! Kau harus berhati-hati!” Sahut kakek yang satunya lagi
“Hah ...! Hati-hati? Kau lihat saja ...!” Sambil berkata demikian kakek itu melangkah maju.
“Kesinilah dara manis, serahkan dirimu baik-baik ...!” Tangannya membentuk cakar tiba-tiba terulur panjang, duakali panjang lengannya. Yang satu mencengkram kearah lengan kanannya, sedang tangan yang lain kearah dadanya yang menonjol indah.
“Iiiikhh ...! Dasar kakek cabul! Tidak tahu malu ...!” Cu In Lan memekik marah. dilain saat bergerak mundur dua tindak ke belakang, sedang tangannya memukul sambil memapaki serangan lawan.
“Haiiit ...!
“Dhuukkk!”
Keduanya sama terdorong mundur. Hanya bedanya Cu In Lan terdorong tiga langkah sedangkan orang itu hanya satu langkah.
“Eh ...?” Kakek codet itu kaget setengah mati. Gadis itu mampu menghindar bahkan berani menangkis pukulannya. Tahulah dia bahwa tidak mudah baginya untuk meringkus gadis ini dengan cepat.
“Bagus, kau berani melawan ...! Tapi itu tidak akan lama!” Belum selesai ucapannya, Kakek codet itu telah menyerang dengan gencar dengan Ilmu-ilmunya yang aneh, yaitu selalu menyerangnya dengan gerakan-gerakan aneh mirip monyet. Tak salah lagi, itulah Hek Wan Tok Hoat (Pukulan Beracun Lutung Hitam).Segera Cu In Lan memainkan Ilmu Hoa San kun Hoatnya. Tapi baru lima jurus dia hampir kecundang di bahu kirinya.
“Hehehe …! Kalau kau mengandalkan Hoa San Kun Hoat, itu tak akan berarti banyak, anak manis ...!”
Cu In Lan gusar setengah mati. Segera dia memekik nyaring dan megerahkan Thian In Hui Cu dan kedua tangannya membentuk totokan tiga jari yang dilandasi Tenaga Inti Petir Murni, mencecar lawan dengan sebat. Kedua tangannya, mengirim serangan enam kali kearah enam titik kematian di tubuh lawan. Gerakannya cepat dan dalam enam kali serangan itu dia tidak menyentuh tanah sama sekali.
“Haiaaaa …! Galak hebat amat, apa ini yang namanya Sam Ci Ciang ...? Tapi kenapa tidak sama ...?” Kakek codet itu kaget setengah mati. Soal tenaga dia menang tapi soal kecepatan, dia kalah jauh. Tapi belum sempat dia memperbaiki posisinya, terdengar suara datar ...
“Huh, Hek Wan Sin Mo, kau terlalu lama ...!” Kakek yang satu segera terjun ke tengah pertarungan dan memukul kearah kepala Cu In Lan.
Cu In Lan kaget, dan mengangkat tangan menangkis, tapi aneh, dia tidak merasakan tenaga apa-apa. Segera dia curiga, namun sayangnya kecurigaannya itu terlambat.Segera Cu In Lan merasakan kepalanya pusing. Dilain saat tubuhnya terkulai lemas dan langsung disambar oleh Hek Wan Sin Mo.
“Hehehe …! Hek Hoat Mo Ong, sepertinya Racun pelemah semangatmu benar-benar sangat manjur ...! Pada hari Pertemuan nanti, Kauwcu Yaa pasti akan puas, hahaha …!”
Dalam waktu singkat kedua tokoh hitam itu sudah berlalu dari tempat itu sambil membawa Cu In Lan.