Laman

Jumat, 12 April 2013

Kui-Sian I-sin-kang VS Tee-mo-kiam-sut

Gadis itu tersentak dan membalikkan wajahnya sambil menatap orang yang bersuara memanggil namanya. Matanya yang indah terbaliak kaget hampir-hampir tak percaya. Ya, wajah ini adalah wajah yang dirindukannya siang dan malam. Wajah yang tak pernah hilang dari ingatannya, yang memacu semangatnya untuk berlatih siang malam tanpa henti.
“Si..sian ko-ko, kau...kaukah itu?” tanyanya dengan suara tergagap.
Dengan tersenyum Han Sian mengangguk. Akh, ternyata gadis ini tidak melupakannya. “Benar Lan-moi...ini aku, Han Sian...Bagaimanakah kabarmu akhir-akhir ini?” perlahan dia melangkah maju mendekati gadis itu.
In Lan juga melangkah maju perlahan, tapi tiba-tiba keningnya di kernyitkan. Dia seperti teringat sesuatu dan itu membuat wajahnya berubah pucat ketakutan..
“Sian-koko, mau apakah kau kemari, tempat ini sangat berbahaya...?” serunya perlahan sambil kepalanya melengok kekanan-kekiri dengan waspada.
Han Sian melihat kekhawatiran sang gadis, maka dia tersenyum dan berkata meyakinkan: “Lan-moi...kau sudah mengetahui siapa aku...mengapakah kau masih khawatir, jika ada bahaya, maka aku akan melindungimu...”
Gadis itu melengak, akh..benar...mengapa dia hampir lupa. Pemuda di depannya ini memiliki ilmu yang amat tinggi. Mengingat hal ini hatinya jadi sedikit tenang.
“Lan-moi, aku sedang menyelidiki tentang seorang ‘manusia iblis’ yang mengganggu ketenangan, tak sangka bertemu denganmu di tempat ini, baik-baikkah kau?...” Han Sian bertanya sambil memandang gadis itu dengan penuh selidik.
“Sian-koko, aku...aku sebenarnya malu meminta pertolonganmu, tapi bawalah aku pergi dari sini sekarang juga..nanti aku akan menjelaskannya padamu jika kita sudah jauh dari tempat ini...bolehkah?” Suara gadis itu setengah memohon.
Mendengar permohonan gadis itu, Han Sian jadi curiga dengan keadaan di sekelilingnya. Apalagi ketika dia merasakan suasana di sekelilingnya berubah kelam dengan cepat. Tempat itu seakan-akan di kelilingi hawa magis yang amat kuat dan menyesakkan pergerakkannya.
Dilihatnya Cu In Lan masih terus menatapnya dengan tatapan penuh permohonan. Tampaknya dia tidak terpengaruh oleh perubahan situasi itu. Tak ayal lagi, segera dia kerahkan tenaga murninya yang di lambari dengan Pat -Sian-Sin-Hoat-sut untuk menandingi ilmu hitam yang menyerangnya. Segera keadaan kembali normal seperti sedia kala. Dia membalikkan tubuhnya mengarah ke arah samping kiri telaga.
“Sobat, keluarlah...kau tak perlu bersembunyi..”
“Hahahahahahaha...selamat bertemu lagi sobat lama” Terdengar suara yang menggelegar di telinganya. Suara itu tak asing dan sesaat setelah sesosok tubuh hadir di hadapannya. Segera dia mengenalinya dan itu membuatnya terkejut...
“Tee Sun Lai?...” Han Sian terkejut karena pemuda di depannya ini adalah pemuda yang paling di carinya. Teringatlah ia akan malam kejadian yang merenggut nyawa Hui Si. Segera matanya memancarkan cahaya berkilat dan tangan mengepal.
“Ya, sobat lama...kita bertemu lagi, tapi kali ini aku tidak akan kecundang seperti dulu lagi...” Tee Sun Lai yang melihat keadaan Han Sian, segera bersiap dalam keadaan siaga penuh. Dia tahu lawan di depannya ini memiliki ilmu yang amat tinggi. Tapi dia juga tidak ragu dengan ilmu Tee-mo-kiam –sut yang sudah di latih selama hampir dua tahun ini. Bahkan banyak ilmu-ilmu lain lagi yang dia pelajari dari para tokoh-tokoh iblis yang dia lebur menjadi satu yang dia namakan Hiat-kut-jiauw Sam-ciang-Kang (Tiga pukulan Cakar Tulang Darah).
Hawa pembunuh kental menyebar dengan cepat di seliling tempat itu.
“Lan-moi, bisakah kau meninggalkan tempat ini...” Suara Han Sian lembut, tapi matanya tak berkedip menatap lawan di depannya.
“Hahaha...dia tidak akan pergi dari sini sebelum dia menjadi istriku. “Racun Perawan Iblis” yang mengunci tenaganya tidak akan dapat di pulihkan tanpa obat dariku... sebaiknya kau urungkan niatmu...”
Mata Han Sian mencorong tajam. Kata-kata Tee Sun Lai di depannya ini telah menjawab semua tanda tanya di pikirannya sejak tadi. Sekejab dia merasa kasihan pada gadis itu, dan matanya melirik sekejab ke arah Cu In Lan.
Namun walau hanya sekejab saja, nampaknya kesempatan ini tidak di sia-siakan oleh Tee Sun Lai. Tubuh dan pedangnya berkelebat amat cepatnya dengan salah satu jurus yang paling berbahaya dari Tee-mo-kiam-sut, yaitu jurus “seribu biang iblis membelah sang budha” di ikuti tangan kirinya bergerak ke arah kepala dan leher dengan salah satu jurus Hiat-kut-jiauw Sam-kang yang dahsyat dan keji.
“Aakhh...awas...” Cu In Lan yang melihat itu tiba-tiba memekik memperingatkan...
Sebenarnya tanpa di peringatkanpun Han Sian yang sudah menduga sejak tadi akan serangan musuh juga sudah bersiap diri. Saat tubuhnya merasakan ancaman tenaga yang mengalir tajam dari serangan musuh, tubuhnya sudah mengerahkan Kui-sian I-sin-kang sampai tahap petir. Tubuhnya seperti terpecah dan nampak seperti kilatan cahaya petir, yang bukannya menghindar serangan lawan tapi justru mengarah dan memapaki semua serangan musuh dengan keras dan dahsyat.
“DHUAAAAARRR...!!!” “BLANGGG...!!!” Terdengar suara benturan berulang-ulang yang memekakkan telinga hanya dalam waktu sepersekian detik saja.
“Aiiiihhhh......” Terdengar suara memekik lirih dan suara tubuh jatuh ke tanah.
Ternyata, beradunya kekuatan yang maha dahsyat antara keduanya, walaupun tidak secara langsung di tujukan ke arah In Lan, namun karena tidak di sokong oleh tenaga dalam, maka itu mempengaruhi kesadaran gadis itu yang langsung pingsan.
“Lan-moi...” “Sleepp...” Tubuh Han Sian melasat cepat keluar dari pertarungan ke arah In Lan dan memayangnya dengan tangan kiri.
Sementara itu, di saat yang sama, bayangan Tee Sun Lai terus mengejarnya dengan gencar sambil mengerahkan dua jurus serangan yang ganas sekaligus yang mengarah ke kepala dan sekitar pinggang. Serangan ini mendatangkan suara mendesing nyaring di sertai hawa pedang yang amat tajam. Suatu serangan yang amat dahsyat, yang hakekatnya sangat mustahil di tangkis lawan.
Walau tangan kirinya memanggul tubuh In Lan, namun Han Sian tidak kalah sebat. Tangannya kanannya memutar setengah lingkaran dari atas ke bawah di samping tubuhnya lalu di pukulkan ke arah datangnya serangan lawan namun bukan menyambut kedua serangan lawan, tapi justru melontarkan lima larik sinar tajam yang mematikan dari kelima jari tangannya yang menyerang lima jalan darah Tee Sun Lai, inilah salah satu jurus yang amat dahsyat dari Bu-tek Chit-kiam-ciang yang bernama Ngo-heng Thian-kiam-cu (Jalur Pedang Langit Lima Unsur) yang keluar dari kelima jari tangannya, tampak walaupun dia bergerak belakangan namun tenaga pukulan kelima jarinya terasa lebih dahulu oleh lawan.
“Iiiikhh...” Tee Sun Lai terkejut setengah mati dan cepat menarik pulang serangannya sambil meloncat mundur ke belakang. Tampak nafasnya sedikit terengah. Memang benar serangannya sangat susah di tangkis lawan, namun andai sesaat saja dia tidak menarik pulang pedangnya, maka diapun akan termakan oleh lima larik sinar pedang yang tak kalah kuatnya dari tenaga pedangnya sendiri. Sementara di lain sisi dia belum dapat menggunakan tangan kirinya yang sudah sejak bentrokan sebelumnya terasa kaku dan susah di gerakkan.
Han Sian berdiri sambil memapah Cu In Lan. Matanya menatap tajam ke arah Tee Sun Lai. “Masihkah kau mau melanjutkan pertarungan ini?” Berkata demkian, dia segera mengerahkan lagi tenaganya. Kali ini dia tidak mau ambil resiko, maka segera di kerahkannya Hui-Im-Hong-Sin-Kang ke seluruh tubuh. Dalam sekejab tubuhnya memancarkan sinar keemasan yang di lapisi hawa panas dan dingin yang dahsyat, siap menunggu gempuran musuh selanjutnya.
Tee Sun Lai mengawasi dengan tatapan licik. Dari bentrokan yang telah terjadi, dia dapati ternyata bahwa dia tidak unggulan dari musuh bebuyutannya itu. Biar bagaimanapun dia bukan orang bodoh yang tidak dapat melihat dan membaca keadaan. Dari tadi dia telah mengerahkan 90% tenaganya, tapi itupun ternyata tidak banyak mempengaruhi lawannya ini. Apalagi keadaaan tangan kirinya yang terluka pada benturan pertama tadi masih belum pulih.
Setelah menimbang sesaat, segera dia berkata dengan angkuh, “Huh, pergilah sebelum aku berubah pikiran, tapi kalau kau berkeras memaksa membawanya, kau akan menanggung resiko kehilangan nyawanya...”
Han Sian terdiam sejenak. Dia juga mengerti bahwa orang seperti Tee Sun Lai ini tidak hanya menggertak saja, dan dia sangat khawatir dengan keadaan Cu In Lan, tapi kalaupun dia memaksa, tetap tidak akan mudah baginya untuk merebut obat penawarnya. Akhirnya dia menarik nafas panjang dan mengenjotkan tubuhnya melesat pergi dari tempat tersebut sambil membawa Cu In Lan tanpa berkata apa-apa.
Han Sian melesat menggunakan seluruh ilmu meringankan tubuhnya. Tubuhnya tidak terlihat lagi, hanya nampak seperti angin yang berhembus tanpa terlihat orangnya. Tujuannya hanya satu, Puncak tebing langit yang jaraknya kurang lebih lima hari perjalanan jauhnya dengan kuda pilihan. Tapi bagi Han Sian, jarak tersebut hanya membutuhkan waktu dua hari saja.
Dia sudah mencoba untuk menyembuhkan gadis itu dengan pengerahan tenaga dalamnyanya, tapi dia dapati bahwa usahanya itu, kalaupun harus di lanjutkan, akan memakan habis hampir seluruh tenaga sin-kangnya. Dan itu terlalu beresiko baginya bila musuh-musuhnya mendekat. Jadi satu-satunya tempat teraman ialah kembali ke Tebing Langit.
Setelah berlari selama dua hari tanpa berhenti, Han Sian tiba kembali di kaki Tebing Langit yang tertutup awan dari bawah. Hatinya terharu, saat mengingat ketika pertama kalinya dia meninggalkan tempat itu dua tahun yang lalu. Teringat dia pada paman Hounya yang bongkok yang selama ini membesarkannya.
Tanpa ragu kakinya di enjotkan dengan ilmu Thian-in Hui-cu dan tak lama kemudia tubuhnya hinggap di puncak Tebing langit tersebut.
Akan tetapi hatinya tercekat, dan kewaspadaannya meningkat. Suara orang yang tertawa-tawa lirih mengganggu pendengarannya. Sekejap dia melesat ke balik sebuah batu besar, dan menyandarkan tubuh Cu In Lan yang masih tertidur itu di sana. Setelah itu dia keluar dan mengadakan penyelidikan.
Di bagian sebelah barat tebing itu nampak tiga orang yang sedang duduk berhadapan, yang satu menjadi penonton sedang yang dua lagi sedang bertarung sambil duduk bersila. Dia mengenali salah satunya yang menonton, yaitu paman Hou bungkuknya. Tapi yang seorang lagi seorang hwesio gundul yang pendek dan aneh yang baru sekarang di lihatnya. Sedangkan yang seorang lagi, setelah di amati, dia melengak kaget karena itu ternyata adalah Yok-sian Sian-jin, sahabat dari kongkongnya yang telah meninggal. Dia tahu bahwa baik kongkongnya maupun Yok-sian Sian-jin serta Ui-Liong Sian-Jin adalah dua orang dari Empat Dewa yang sangat sakti, tapi siapa adanya hwesio itu?
Pikirannya segera tersadar ketika mendengar benturan dua tenaga dahsyat yang memekakkan telinga. Tampak kilatan cahaya kuning dan biru berpendaran saling bentrok dan menimbulkan bunyi yang dahsyat. Namun setelah sekian lama, cahaya yang berselewiran itupun berhenti dan menyatu. Rupanya kedua orang itu sedang beradu tenaga.
Ini sangat berbahaya sekali. Siapapun tahu, bahwa kurang kuat sedikit saja bisa berakibat fatal. Mengingat hal ini, Han Sian segera teringat pada In Lan, Segera tubuhnya melesat dan turun di tengah-tengah ke dua orang yang sedang beradu tenaga tersebut.
Cahaya keemasan berpendar di sekitar tubuhnya. Dengan kepala di bawah, tubuhnya berputaran seperti gazing, kemudian kedua tangannya mendorong perlahan dengan kedua tangan yang di lambari tenaga panas dan dingin memisahkan kedua tenaga raksasa yang beradu itu.
“Heeehh...”, “Omitohuuudd...” Kedua orang kakek itu memekik nyaring. Masing-masing terdorong satu langkah ke belakang dan segera mereka mengatur tenaga mereka menetralisir tenaga yang membalik. Mereka sungguh terkejut, karena ada orang yang berani memisahkan mereka. Namun merekapun sadar, pendatang baru ini sangat sakti.
“Heiii!, Sian-kongcu...kaukah itu???” Terdengar suara nyaring dari kakek yang sejak tadi berdiri sebagai penonton.
“Benar paman Hou, ini aku, bagaimanakah kabarmu dua tahun terakhir ini?”
“Hahahaha...baik-baik, hai Yok-Sian, kau ingat kepada siapa kau wariskan darah It-kak-liong serta pil penambah tenagamu?” Sahut Kakeh Hou bungkuk pada Yok-Sian Sian-jin yang hanya berdiri bengong.
“Apaa?...jadi ini...ini anak ajaib yang kau katakan itu?” tanya Yok-sian setengah tak percaya, tapi matanya tak hentinya memandangi Han Sian tanpa berkedip.
“Huh, anak ajaib apa?...Eh, anak muda, coba sambut serangan pinceng...” Hwesio gundul aneh yang tadinya hanya berdiam diri itu, menyahut dengan suara mendongkol karena sejak tadi dia hanya berdiri bengong tanpa penjelasan dari kedua rekannya yang nampaknya sudah mengenal pendatang baru ini.
Belum habis suaranya, kedua tangannya sudah menyerang dengan delapan belas pukulan dalam waktu yang hampir bersamaan. Hebatnya lagi, tenaga yang di keluarkan dari delapan belas pukulan yang hampir bersamaan itu sifatnya berbeda-beda, ada yang keras, lembut, menyerap, mendorong, panas, dingin , keras, dll. Walau demikian kesemuanya tidak menuju ke tempat-tempat yang mematikan, karena dia memang tidak bermaksud mencelakai orang.
“Eh, Losuhu, maafkan teecu yang kurang ajar dan belum mengenal losuhu...” Dengan nada menyesal Han Sian berseru, namun tubuhnya tak ayal sudah bergerak bagai kapas menyelinap di antara pukulan-pukulan tersebut, bukannya menangkis tapi melontarkan delapan belas pukulan yang berhawa tajam dari ilmu Bu-Tek Chit-kiam-ciang.
“Uuups...hebat...hebat” hwesio itu berseru memuji sambil melompat mundur dengan cepat. Nyatanya dia juga terkejut, karena ke delapan belas pukulannya tidak di tangkis, malah dia di serang dengan delapan belas pukulan yang tak kalah dahsyatnya. Kalau saja dia berkeras melanjutkan, pasti dia juga akan terluka.
“Hahaha, sungguh tak di sangka Koai-Hud-Eng-Cu (Budha Aneh Tanpa Bayangan) yang malang-melintang tanpa tanding di antara empat dewa, toh harus terjungkal dalam satu jurus di tangan seorang anak kemarin sore yang tidak punya nama” Yok-Sian tertawa terpingkal-pingkal sambil mengejek hwesio botak tersebut.
“Heeh, pemakan rumput, kaupun tak ungkulan menangkis ke delapan belas pukulanku...apa kau kira pinceng tak bisa menangkan anak bau kencur ini?” Saking dongkolnya sang hwesio balas menyahut dengan gemas.
“Akhh, jiwi-locianpwe, harap maafkan, siautee, bukan maksud siautee untuk unjuk kebolehan, sesungguhnya hanya jiwi yang bisa membantu siautee, nah karena siautee takut jiwi terluka....”
“Hahh...karena kau takut kami terluka maka kau datang memisahkan kami, begitu???, jadi kau anggap kami baru belajar silat dan tidak bisa menjaga diri, haa?” Potong Koai-Hud sambil memandang Han Sian dengan tatapan mencoleng agak di sipitkan.
“Hei...Koai-Hud, tak bisakah kau diam dulu...Sian-ji, ada apakah?” Yok-Sian memotong pembicaraan Koai-Hud.
“Terima kasih jiwi-suhu, mmm...siautee mempunyai seorang sahabat yang keracunan dengan “Racun Perawan Iblis”, mohon uluran tangan jiwi untuk menyembuhkannya...”
“Heiii...mana dia? Sudah berapa lama?...”Sahud Yok-Sian dengan wajah khawatir.
“Dia...dia di sana...” Dengan gugup, Han Sian menuntun ketiga orang itu menuju tempat di mana Cu In Lan berada.
Yok-Sian segera bekerja dengan cepat. Mendudukkan tubuh Cu In Lan yang belum sadar kemudian menotok sana-sini.
“Pindahkan Dia ke dalam rumah, Heii Gundul cepat kau bantu dengan tenaga Yang-mu, bobol semua jalan darahnya agar lebih lancar. Han-ji, kau ikut aku sebentar...”
Koai-Hud sebenarnya mau berkomentar, tapi dia tahu, kalau sobatnya dalam keadaan serius seperti itu, berarti keadaan pasien itu sangat berbahaya. Maka tanpa banyak cakap, dia lalu bersila di belakang gadis itu sambil menyalurkan tenaganya.
Sementara itu, Han Sian segera mengikuti Yok-Sian ke luar.
“Han-ji, ini menyangkut berhasil atau tidaknya pengobatan terhadap gadis itu, karena itu jawablah dengan jujur, apamukah dia?...” Nampak Yok-Sian bertanya dengan wajah serius, setelah berhadap-hadapan dengan Han Sian.
“Eh, Dia...dia...akhh, apa maksud locianpwe bertanya hal ini?” Suara Han Sian gugup dengan wajah merah. Namun ini saja sudah cukup bagi Yok-Sian.
“Ketahuilah, racun “Perawan Iblis” adalah racun ajaib yang mematikan yang hanya bisa berpengaruh pada wanita saja, Orang yang terkena racun ini, akan terkunci jalur tenaganya dan hanya akan tunduk tanpa perlawanan pada orang yang meracuninya...tidak ada penawar...!” Yok-Sian berpangku tangan dan bersikap seperti orang yang mengingat-ingat sesuatu...
“Tapi locianpwe, apakah sama sekali tidak ada obat penawarnya...?” Tanya Han Sian Penasaran.
Yok-Sian maju satu langkah mendekati Han-Sian, kemudian berkata perlahan beberapa kata:
“Sebentar lagi dia akan sadar, dan saat itu pengaruh racunnya akan bekerja. Kesadarannya dan tenaganya akan berfungsi normal kembali bila dia menyatu dengan orang yang pertama kali menyentuh dan menggaulinya...atau kalau ada dewa yang bisa membersihkan darahnya dari pencemaran racun tersebut, namun rasanya tidak mungkin, saat ini sudah tidak ada orang yang memiliki ilmu dewa seperti itu...” Yok-Sian menguman terakhir dengan menggelang kepalanya perlahan.
“Eh Yok-Locianpwe, bagaimanakah caranya, mungkin aku dapat mencobanya dengan Hui-im Hong-Sin-Kang?”
“Hah???...maksudmu, kau memiliki ilmu mujizat langka yang kabarnya telah lenyap dari dunia kang-ouw selama 500 tahun lalu itu?” Tanya Yok-Sian setengah tak percaya, dan lebih terkejutnya lagi saat Han Sian mengganggukkan kepalanya.
Maka di mulailah proses pembersihan racun dari tubuh In Lan ini. Untuk tahap pertama di lakukan oleh Yok-Sian dan Koai-Hud yang secara bergantian menyalurkan tenaga mereka melalui tangan dan kepala In Lan yang di rendam dalam tong air obat.
Setelah itu memasuki tahap ke dua hanya Han-Sian sendiri yang melakukannya, karena dengan ini dia harus memangku In Lan yang membelakanginya dalam keadaan telanjang bulat di atas kedua kakinya yang juga bersila dalam keadaan yang sama. Sementara itu kedua tangannya dari belakang menempel pada pusar dan dahi gadis itu. Saat dia mengerahkan tenaganya kedua tubuh mereka di lingkupi perputaran hawa Hui-im Hong-sin-kang yang dahsyat.