Laman

Jumat, 12 April 2013

Tangan kanan "Iblis" penguasa Kim-Liong-Pay

Beberapa bulan kemudian, seiring dengan melejitnya nama Pendekar Asmara Tangan Iblis yang sakti, nama yang lain juga mengikuti dengan tidak kalah tenarnya: “Pangeran Pedang Iblis” yang memiliki kedahsyatan ilmu pedang yang tidak ada tandingan.
Kedua nama ini masih dalam bayangan misterius dari dunia persilatan. Tidak jelas berada di pihak mana mereka. Yang jelas, kaum kang-ouw sama tau bahwa kedua orang ini tidak se jalan dengan Jit-Goat Mo-ong yang mereka takuti.
Han Sian berjalan memasuki kota Cheng-Du di propinsi Se-Chuan. Langkahnya santai, sambil menikmati pemandangan alam yang indah dia kemudian memasuki sebuah rumah makan yang cukup besar dan mengambil tempat duduk di bagian sudut kiri ruangan. Nampak hanya ada enam orang di situ, termasuk dirinya sendiri, tapi mereka tidak memperhatikannya. Dari sudut itu dia dapat melihat ke seluruh ruangan bahkan sampai ke-luar.
Seorang pelayan, mendekatinya: “Tuan mau makan apa?”
“Hemm, berikan saja nasi, sayur asam dan 2 potong ayam goreng.” Han Sian membalas tersenyum sambil tangannya menyerahkan potongan kecil uang perak.
“Baik tuan, silahkan menunggu...” Kata pelayan tersebut kemudian berlalu dari situ. Tak lama kemudian pesanan di antar dan Han Sian makan dengan lahapnya
Beberapa saat kemudian nampak bayangan 2 orang memasuki rumah makan itu. Tampaknya mereka adalah dua orang muda-mudi yang baru saja habis melakukan perjalanan jauh. Dari wajah mereka nampak kusut. Sang wanita berusia sekitar 17 tahun dan memiliki wajah yang amat cantik serta tubuh yang indah dan menggairahkan dengan baju warna merah muda yang nampak serasi sekali dengan kulitnya yang putih mulus. Sementara yang pria berusia 21 tahun dan juga tak kalah gagahnya.
Han Sian mengamati sejenak kedua orang yang menyapu ruangan tersebut dengan pandangan mata menyelidik. Ketika sinar matanya berbenturan dengannya, tahulah dia bahwa kedua muda-mudi ini bukanlah orang lemah, paling tidak mereka memiliki tenaga setara para pendekar-pendekar tingkat satu. namun dia tidak melihat lebih lanjut.
Kedua orang itu mengambil tempat tepat 2 meja di sampingnya dan kebetulan pula sang wanita duduk menghadap ke arahnya. Kembali dua mata mereka bertemu. Kali ini sinar kekaguman terpancar dari mata Han Sian, sementara wanita itu hanya tersipu sambil kemudian menunduk-kan mukanya.
Setelah memesan makanan pada pelayan yang menyambut mereka, sang gadis berkata dengan suara merdu dan setengah berbisik:
“Kim-Toako, berapa lama lagikah perjalanan kita? Apakah mungkin kita menemukan susiok Ui-I-Liong-Jin (kakek Naga Jubah Kuning) yang kita tidak tahu dimana keberadaannya? ”
“Lian-moi, kau tenanglah...jika mengandalkan informasi suhu sebelum beliau mengembuskan nafas terakhir, maka pasti kita akan menemukannya lagi di sekitar propensi Se-Chuan ini! Kita harus menemukannya Lian-moi, hanya dia yang dapat menyelamatkan Kim-Liong-Pay dari malapetaka dan cengkraman iblis itu” Pemuda yang di panggil Kim-Toako itupun membalas dengan suara perlahan.
Namun semuanya itu tdk lepas dari telinga Han Sian yang tajam. Sebenarnya tidak ada maksudnya mendengarkan pembicaraan orang, tapi dasar telinganya yang terlalu tajam, dia tidak dapat berbuat apa-apa selain menguping semuanya.
Hatinya tertarik sekali. Siapa yang di maksud ‘Iblis’ tersebut? Tapi walaupun dia menunggu sampai penasaran, kedua orang tersebut hanya diam saja sampai habis makan.
Tak lama kemudian selesailah kedua orang itu makan. Selang sejenak merekapun lalu berdiri dan melangkah menuju pintu keluar. Sampai di luar, mereka berjalan cepat mengarah ke pintu gerbang selatan. Setelah melawati penjagaan, kedua orang muda itu mengembangkan gin-kang mereka dan berlari cepat mengarah ke sebuah hutan yang jaraknya sekitar 10 li dari pinggir kota.
Namun ketika mereka hampir tiba di pinggir hutan, lari mereka terhenti. Di hadapan mereka telah menghadang 5 orang laki-laki berusia sekitar 40-50an tahun. Berpakaian putih dan memakai ikat kepala berwarna putih dengan ukiran naga kuning. Di pinggang mereka tampak menggantung sebatang pedang panjang.
“Kalian sudah cukup jauh berjalan, karena itu kalian tidak akan kemana-mana lagi...” Salah seorang yang tampaknya adalah pemimpin mereka menegur dengan suara datar. “Junjungan menginginkan kalian pulang untuk menerima hukuman...”
Sejenak kedua orang muda ini tertegun sejenak, tapi mereka juga tidak kaget terhadap kehadiran 5 orang ini. Hanya yang membuat mereka tidak habis pikir ialah perkataan ‘junjungan’ yang baru saja mereka dengarkan.
“Hok-Tancu, apa maksudmu...?” Menegas suara pemuda bernama itu.
“Hem...Kim Tin Lee, kau tahu maksud kami, mulai sekarang Kim-Liong-Pay akan menjadi lebih kuat dengan adanya junjungan kita yang sakti itu...apakah kau mengerti? Orang yang di panggil Hok-tancu membalas, tetap dengan suara datar.
“Bangsat...jadi inikah hasil kesetiaan kalian selama ini terhadap suhu yang sudah menolong dan mengangkat kalian dari kesengsaraan...Baik, hari ini aku, Kim Tin Lee akan adu jiwa untuk membasmi kalian...” Berkata demikian, dengan wajah yang penuh amarah, dia mencabut pedangnya dan langsung menerjang ke arah Hok-tancu dengan dahsyat. Di lain saat dia telah memainkan Kim-Liong-Kiam-Sut.
Hok-tancu melentingkan tubuh ke belakang sambil mencabut pedangnya, dan bersiap dalam posisi menunggu dalam kuda-kuda yang kokoh. Di lain saat mereka telah bergebrak dengan hebat. Ternyata keduanya memiliki dasar ilmu yang sama.
Sementara itu sang gadis yang melihat rekannya sudah bergebrak, segera pula mencabut pedangnya dan menyerang penghadang yang lain tak kalah sebetnya.
Setelah dua puluh jurus tampak Hok-Tancu mulai terdesak hebat. Ketiga rekan lain yang masih menonton dari tadi saling pandang dan di lain saat mereka telah bergerak membantu. Satu membantu Hok-Tancu sedang yang dua membantu mengerubut si gadis tersebut.
Tampak bahwa memang mereka mau segera menangkap si gadis hidup-hidup. Hal ini bukannya tidak di sadari juga oleh Kim Tin Lee, hanya saja dia tidak dapat berbuat apa-apa untuk menyelamatkan dirinya. Apa lagi saat dia melihat si gadis yang beberapa kali mengeluarkan suara menjerit kecil ketika bajunya mulai robek sana-sini sehingga mengganggu perhatiannya sehingga permainan pedangnya menjadi kacau.
Dengan nekat, akhirnya Kim Tin Lee memekik nyaring, tubuhnya melesat ke atas setinggi tiga tombak, pedangnya di gerakkan dengan 7 kali serangan beruntun yang mematikan di tubuh lawan. Serangan ini ganas, namun hakikatnya ia tidak memperdulikan nyawa lagi karena jurus ini menyerang tanpa bertahan. Inilah jurus Sin-liong-chit-kiam (Tujuh pedang naga sakti) yang ampuh.
Hok-Tancu dan rekannya yang terkejut melihat ini, mereka tahu lawan mau adu jiwa. Akan tetapi mereka mengenal jurus itu dan tau kedahsyatannya maka segera mereka melompat jauh ke belakang sambil bersiap untuk membalas dengan jurus andalan. Namun mereka segera kehilangan lawannya karena waktu yang sempit itu tidak di sia-siakan oleh Tin Lee.
“Lian –moi, kau larilah...jangan membantah...nanti kau balaskan sakit hati ini...” Mati-matian Tin Lee mengempos segenap tenaga menyerang ketiga pengeroyok yang mengeroyok gadis itu.
Wajah gadis itu pucat, dia memandang dengan penuh rasa terima kasih...namun dia juga sadar bahwa mereka tidak akan bertahan jika terus melawan.
Segera diapun memutar pedangnya. Setelah ada peluang sedikit, sambil menahan sakit akibat beberapa luka di tubuhnya, dia meloncat dan berlari masuk ke dalam hutan. “Toako...hati-hati...”
Hok-Tancu marah melihat hal ini, segera dia bermaksud mengejar, tapi niatnya urung karena di hadapannya tahu-tahu berdezing empat peluru besi yang mengarah ke jalan darah mematikan di tubuh mereka berdua. Itulah peluru naga yang menjadi andalan Kim-liong-pay yang di sambitkan Tin Lee.
Tangannya bergerak cepat memapaki peluru tersebut dengan pedangnya. “TRAAANGG... TAAKK..” peluru-peluru itu runtuh ke tanah, tapi Hok-Tancu dan rekannya terkejut. Mereka merasakan suatu tenaga yang amat kuat yang membentur pedang mereka sehingga mematahkan pedang.
Mereka tidak habis pikir, kalau berdsarkan tenaga yang di miliki Tin Lee, mustahil mematahkan pedang mereka. Sejenak dia menoleh ke kanan-kiri, namun tetap tidak menemukan apa-apa.
“Bekuk dia...” perintah Hok-Tancu dengan marah walau masih dengan hati was-was. Ke empat orang itu segera mengeroyok Tin Lee, sedang Hok-Tancu berlari mengejar ke arah sang gadis ke dalam hutan.
Sampi lama Hok-Tancu mengejar ke dalam hutan, tapi dia heran, kemana menghilangnya gadis itu. Sementara dia celingukan kesana-kemari, tiba-tiba di lihatnya bekas pukulan telapak tangan yang melesak masuk sedalam 3 inchi pada sebuah batu besar di sampingnya. Jelas sekali, tanda yang melakukannya adalah orang yang bertenaga dalam tinggi sekali. Sementara di samping cap tangan ini ada tulisan pendek “Jangan ganggu gadis itu atau kalian mati!...Tangan Iblis”
Tak berapa lama kemudian ke empat rekannya sudah mengikutinya. Rupanya mereka telah berhasil membekuk Kim Tin Lee.
“Bagaimana...?” Tanya mereka pada Hok-Tancu...
Hok-tancu hanya memandangi mereka dengan tatapan penasaran sambil menunjuk cap tangan di batu tersebut yang di sambut dengan reaksi terkejut oleh rekan-rekannya. Namun mereka tidak berani gegabah.
Sementara mereka termanggu tidak tahu harus berbuat apa, tiba-tiba...
“JDAAAAAARRRRR.....” Debu mengepul ke atas, dan batu yang terdapat cap tangan tersebut hancur berantakan. Di lain saat di hadapan mereka telah berdiri seorang laki-laki tinggi kurus berjubah merah yang menatap mereka dengan sinar mata yang tajam.
Melihat orang ini, serentak kelima orang itu hendak menjatuhkan diri bertelut tapi segara terdengar suara dingin, menyeramkan, “ Dimana mereka...?”
Segera Hok-Tancu menunjuk ke kiri dan di lain saat laki-laki itu melesat lenyap dengan cepat.
---lovelydear---
Apakah yang telah terjadi? Mudah di duga, bahwa gadis yang telah terluka itu bertemu dengan Han Sian. Sebenarnya sudah lama Han Sian menguntit mereka karena tertarik oleh pembicaraan mereka. Dia juga yang membantu gadis itu dengan sambitan dua pasir kecil yang mematahkan pedang Hok-Tancu dan rekannya.
Han Sian menatap gadis tersebut dengan kagum. Gadis ini memang cantik jelita, tak kalah cantiknya dengan Cu In Lan yang ada dalam ingatannya.
“Nona, sebenarnya apakah yang terjadi?...mengapa engkau sampai bentrok dengan orang-orang Kim-Liong-Pay tersebut?...”
Gadis itu mengangkat wajahnya yang cantik sambil menatap pemuda di depannya ini. Dia belum sempat menanyakan siapa pemuda ini dan ada apa dia mau menolong.
Saat dia sedang berlari cepat, tiba-tiba dia di kujutkan oleh suara perlahan di telinganya “Nona perlahan..engkau tak perlu lari...aku sudah menghalangilangkah mereka...” Segera dia membalikkan tubuh dan dia terkejut karena di hadapannya telah berdiri seorang pemuda berpakaian sederhana sambil tersenyum. Sebelum dia berbuat apa-apa, pemuda itu mendekati sebuah batu besar dan menekankan telapak tangannya yang melesak 2 inchi lebih. Tahulah dia bahwa pemuda ini berilmu tinggi.
Dengan penuh keraguan dia hanya menatap saja. Han San mengerti, “maaf, kau mungkin bertanya kenapa aku membantumu bukan?”
Gadis itu mengangguk perlahan., segera Han Sian melanjutkan, “Sebenarnya, aku tertarik mendengar pembicaraan kalian saat kau menyebut nama “Ui-I-Liong-jin, karena aku mengenal beliau dengan baik...”
Mata Gadis itu berbinar. Mulai timbul rasa kepercayaannya pada pemuda ini, namun begitu hanya sinar matanya yang menunjukkan perasaan berterima kasih ini. baru saja dia hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba di lihatnya tangan pemuda itu di taruh di bibir dan memberi isyarat padanya untuk berdiam.
“Hehehee...ehh...., hebat kau anak muda, bisa mengetahui keberadaanku...” Terdengar suara yang de sertai pengerahan tenaga dalam tinggi yang sempurna menggema memekakkan telinga. Dalam sekejab, muncullah seorang laki-laki tinggi kurus yang berjubah merah. Umurnya sekitar 50-an tahun. Wajahnya masih kelihatan gagah, namun yang aneh adalah mata kanannya yang cacat sehingga hanya kelihatan putihnya saja.
Suaranya dingin dan kaku, “Orang muda, kau berperkara dengan kami, apa kau pikir bisa kabur seenaknya saja dari tangan kami?...”
Dengan tenang Han Sian menatap orang itu. “Maaf, lo-cianpwe, aku tak mengerti maksud anda, apa perbuatanku melindungi nona ini yang kau anggap berperkara dengan golongan kalian?”
“Huh, gadis itu adalah buruan ketua kami...kau harus menyerahkan padaku untuk di bawa, kalau tidak...”
“Hemnn, kalau tidak apa...” balas Han Sian. Matanya sudah mulai bersinar tajam penuh kemarahan. Dia adalah jenis orang yang paling tidak suka di ancam, dan orang ini sepertinya belum sadar kalau jawabannya nanti akan menentukan akhir hidupnya.
“Kalau tidak, maka kau pasti mati...”
“Baik, ku beri kesempatan kau menyerang tiga jurus, dan kalau kau tidak berhasil, kepalamu akan ku ratakan dengan jalan...” Suara Han Sian mulai terdengar dingin, sinar matanya berkilat.
“Sombong...kau belum tahu siapa aku...” berkata demikian orang itu berjalan perlahan ke depan sambil tangannya mendorong dada Han Sian. Tampaknya dia masih memandang enteng.
“Duukkk...Ehh..?” Laki-laki itu terkejut bukan kepalang. Dorongannya adalah pukulan dengan pengerahan enam bagian bagian tenaganya, tapi pemuda itu tidak bergeming sedikitpun.
“Dua kali lagi...harap pergunakan sebaik-baiknya...”
Dia mendengus marah, dan sekejap kemudian tangannya sampai ke siku telah berubah kepucat-pucatan dan berbau harum, itulah ilmu “Pek-Siang-tok-ciang” atau Pukulan Racun Wangi Putih.
“Rasakan kehebatan Tok-ciang Sin-mo...” Sekali membentak, tubuhnya meluncur ke depan sambil memukul dengan hawa pukulan di sertai pengerahan tenaga delapan bagian. Namun Han Sian hanya diam saja. Rupanya dia tahu bahwa ini hanya pancingan saja. Dan benar, dilain saat tubuh Tok-ciang Sin-mo telah berada di belakangnya dengan memukul sekuatnya.
“Awass!!!......BHUUUKK” Seruan khawatir dari gadis itu terdengar bersamaan dengan pukulan yang dahsyat mengenai punggung pemuda itu. Namun yang terjadi sungguh di luar dugaan. Pemuda itu tetap terdiam tak bergeming, justru lawannya yang tergentak lima langkah ke belakang.
“Eh...orang muda siapakah kau?” Tok-ciang sin-mo kaget sekali. Dia adalah tokoh besar yang sudah puluhan tahun malang-melintang di dunia kang-ouw hampir tanpa tandingan. Tapi kali ini delapan bagian tenaganya tidak dapat menggoyahkan seorang pemuda bau kencur di hadapannya. Diapun bukan orang bodoh. Tahu berhadapan dengan orang pandai, segera dia mengerahkan tenaga sepenuhnya dan memainkan ilmu tok-ciangnya.
Melihat orang mulai serius, Han Sian segera mengerahkan tenaga Kui-Sian I-Sin-Kangnya sampai ke tahap awan yang membuat semua pukulan lawan seperti menembus tubuhnya tanpa penghalang.
Tok-ciang sin-mo terkejut setengah mati. Pukulannya seperti tembus. Seolah-olah dia hanya memukul memukul bayangan. Lewat tiga jurus, dia melihat tangan pemuda itu bergerak aneh dan sangat cepat, tahu-tahu dia rasakan seluruh tenaganya amblas dan di lain saat di sudah jatuh terduduk di tanah tanpa tenaga sama sekali dengan kedua sambungan pundak dan sambungan kaki hancur.
“Pend...pendekar Asmara...Tangan Iblis....aakhh...” keluhnya dengan suara tertahan dan nafas putus-putus. Sesaat kemudian tubuhnya mengejang kaku dengan nafas putus.
Gadis yang dari tadi menyakskan pertarungan tersebut hanya termangu saja. Kejadian yang baru sja dia lihat sungguh sangt aneh. Dia tahu orang berpakaian merah itu adalah seorang yang sangat sakti, salah satu dari 2 tangan kanan “iblis” yang sedang menguasai perguruannya.
“Nona...? apa kau baik-baik saja....?” Han Sian bertanya perlahan, saat melihat gadis itu hanya termenung.