Laman

Selasa, 16 April 2013

12. Pengguna Thian-Tok-Khi

“Heiiii….curang…nona awas…!” Hong Sin berteriak memprotes dan memperingatkan. Tubuhnya bergerak secepat kilat sambil mengerahkan Thian-The-Tok-Khi, mengebut asap-asap beracun tersebut.
Namun sebelum tubuhnya bergerak lebih lanjut tiba-tiba terdengar bentakan yang ketus tapi berasal dari suara yang sangat merdu: “Huh, sok jago…siapa butuh bantuanmu, apa kau kira Ang-In-Hoat-sut-I-Ciang (Pukulan Jubah Sihir Awan Merah)ku tak mampu mengatasinya…?”
Hong Sin tertegun dan berdiri bengong. Dari dalam kepulan asap itu terlihat sang gadis yang di bentengi dengan tenaga yang aneh. Lima inchi di sekitar tubuhnya di lindungi oleh hawa sakti yang aneh berwarna merah sehingga tidak tertembus apapun. Memang kenyataannya gadis itu tidak membutuhkannya. Bahkan di hadapan gadis itu telah terlentang tiga mayat, satu mayat topeng Emas dan dua lagi Topeng Perak. Sementara yang sisa telah melarikan diri entah kemana sehingga dalam sekejap tersisa mereka berdua saja. Diam-diam dia menjadi malu sendiri, segera dia menjura sambil berkata:
“Harap nona maafkan cahye yang tidak tahu tingginya gunung Thai-san sehingga unjuk kebodohan… cahye mohon permisi tidak mengganggu lagi…!” Habis itu dia membalikkan tubuh hendak berlalu dari situ. Namun baru saja dia mau melangkah, bayangan tubuh gadis itu telah menghadang di depannya: “Eh, aku toh tidak mengatakan kau bodoh, mengapakah hatimu mengkal sepert itu?...hihihi”
Hong Sin terdiam. Di tatapnya gadis di hadapannya ini, sungguh cantik sekali, tak kalah dengan Goat Hui Hwa. Hanya kalau Hui Hwa lembut dan agung seperti cahaya rembulan, kalau gadis di depannya ini Nampak ayu seperti cahaya bintang. Teringat akan Hui Hwa, jantungnya berdetak keras, seketika wajahnya menjadi merah seperti udang di rebus.
“Haii…apakah engkau sakit? Mengapa…mengapa wajahmu merah seperti itu?” Suara merdu gadis itu bertanya dengan nada kuatir. Sedangkan matanya yang bersinar-sinar seperti bintang menatapnya dengan tatapan yang penuh selidik, tanpa sadar gadis itu maju satu langkah di hadapan Hong Sin.
“Oh, tid…tidak…aku tidak apa-apa!” Hong Sin tersadar dan menjawab dengan gagap. “Ada apakah nona, mengapa kau menghadang jalanku?”
Gadis itu melotot kepadanya kemudian mendengus sambil berkata lirih: “Huh enak saja kau bilang menghadang!...kau ini laki-laki yang tidak bertanggung jawab, setelah kau turun tangan menolongku lantas kau mau tinggalkan aku sendirian di tengah hutan ini?...Huh, hendak ku lihat kalau saja adik goat tahu kau memperlakukanku seperti ini, entah dia masih mau menggubrismu atau tidak…” habis berkata demikian gadis itu membalikkan tubuh dan langsung berkelebat lenyap dari tempat itu.
“Heh…tunggu!!” Hong Sin gelagapan dan kaget mendengar kata-kata terakhir gadis tersebut, cepat dia meloncat mengejar ke arah gadis tersebut. Namun gadis itu telah menghilang dengan cepat
.
**********************
Hong Sin berjalan keluar hutan dan mulai memasuki kota Su Chuan kembali. Hatinya dongkol bukan main karena tidak menemukan gadis yang di kejarnya. Dalam hatinya dia bertanya-tanya, siapakah gerangan gadis itu? Mengapa dia mengetahui hubungannya dengan Goat Hui Hwa? Lalau di manakah sekarang Goat Hui Hwa, gadis yang telah menjadi istrinya semalam itu?
Sementara dia mendekati pintu gerbang timur. Keadaan gerbang timur itu begitu sepi tanpa kehidupan apapun yang terlihat. Perasaannya menyiratkan hal yang tidak mengenakkan segera dia mempercepat langkahnya memasuki pintu gerbang tersebut.
Matanya terbeliak! Tiba-tiba di lihatnya banyak sekali mayat bergantungan di sana-sini. Bau busuk yang menyengat hidung di mana-mana. Tampak semua mayat mati dengan tubuh keracunan yang amat ganas. Ketika dia memeriksanya dia terkejut karena racun ini tak kalah hebatnya dengan Thian-Te-Tok-Khi yang di milikinya. Siapa pemilik dari pukulan beracun yang amat ganas ini? Yang begitu kejam menjadikan kota ini sebagai kota mati.
Tubuhnya melangkah maju sambil mengamati sekelilingnya. Sepeminuman teh selanjutnya telinganya menangkap bunyi yang kibasan baju tersampok angin. Segera dia melesat bagaikan kilat menuju ke sumber suara itu. Tak lama kemudian dia tiba di sebuah lapangan di tengah kota itu yang penuh dengan mayat-mayat berserakkan. Terlihat banyak orang yang berkumpul di lapangan tersebut dan kesemuanya terbagi dalam dua kelompok besar.
Sejenak dia mengamati segera dia mengambil kesimpulan bahwa baru saja terjadi pertempuran besar di tempat itu. Terlihat kelompok pertama terdiri dari para pentolan tokok-tokoh golongan putih dari ke sembilan partai besar bersama Pek Sim Sian, It Thian Sian serta Sin Kun Sian sedangkan empat orang yang lainnya tidak di kenal. Sedangkan kelompok yang kedua lebih besar ialah pasukan topeng perak terbagi empat golongan yang masing-masing di pimpin oleh enam pentolan Topeng Emas yang sakti.
Namun yang membuat dia lebih tertarik dan menaruh perhatian bukannya pertempuran hidup mati tersebut, melainkan empat orang dengan hawa pembunuh yang lebih kuat di rasakannya muncul di situ. Jaraknya di seberang antara dia dengan kedua kelompok yang bertempur tersebut jadi searah dengan angin. Yang lainnya adalah tekanan hawa lain yang dahsyat namun tidak mengandung hawa pembunuh dari arah Utara dan Timur.
Sambil bertempur, salah seorang dari antara enam Duta Topeng Emas berteriak: “Haiii…manusia-manusia bodoh, jika kalian tidak segera menyerah maka hari ini dunia persilatan akan kehilangan pegangan untuk terus bertahan hidup…”
Pek Sim Sian Thai Su Lojin tertawa sinis: “Huh, walaupun harus mati, tapi kami Chit-Pai Chit-cu masih memiliki kemampuan untuk menyeret Hekto Kui-Mo ke liang kubur. Huh sunggu mentertawakan, Hekto Kui-Mo yang menakutkan ternyata hanya anjing penjaga pintu dari Mo Kiong Bun, heheheh…”
“Bangsat…di kasi hati minta empedu…serang mereka dengan racun-racun….”
Para tetua persilatan ini mengadakan perlawanan dengan ganas dan sepenuh tenaga. Namun racun-racun yang di lepaskan lawan semakin banyak dan memuakkan sehingga mengurangi perlawanan para tokoh golongan putih ini. Terlihat melihat kondisi mereka yang makin parah, bahkan ada beberapa yang hanya bisa bertahan sambil duduk akibat terkena racun ganas, Hong Sin memastikan bahwa pertempuran itu tidak akan bertahan lebih dari setengah jam lagi. Segera dia akan meloncat untuk membantu namun gerakannya urung saat matanya menangkap bayangan berwarna biru dari seorang gadis cantik menyerang dari atas wuwungan dari rumah di samping kanannya.
“Eh, ternyata dia di sini…!Heiii…mengapa dia juga menguasai ilmu itu? Apa hubungannya dengan Hui-moi?” Membatin Hong Sin melihat gadis ini. Yang lebih aneh lagi saat gadis itu mulai menyerang para Duta Topeng Perak dari luar kepungan gadis itu memainkan ilmu Bian-Ciang Chap-Sha-Ciang (Tigabelas Pukulan Tangan Kapas) yang sakti. Tubuh gadis itu berkelebat bagaikan malaikat maut sehingga merusak barisan sebelah luar.
“”Perempuan binal dari mana berani mengacau di sini?...” Melihat pendatang baru ini yang cukup lihai, salah satu dari enam Duta Topeng emas membentak marah namun tak berani meremehkan, segera dia memerintahkan dua kawan Topeng Emas yang lain bersama dengan duapuluh Duta Topeng Perak yang lain keluar dari barisan dan mengurung gadis cantik berpakaian biru tersebut.
“Huh, jangan kau kira dengan mengandalkan diri kalian bias mempersulitku! Cepat panggil keluar Duta Topeng Kemala kalian karena aku mempunyai perhitungan yang belum selesai dengan dia…” Jawaban gadis itu seperti orang marah, namun suara yang keluar dari bibirnya ternyata amat lembut dan merdu. Siapapun tak akan percaya. Sejenak para pengepungnya tertegun.
Menggunakan kesempatan orang lagi bengong ini, sang gadis memekik nyaring dan menyerang dengan hebat sekali dengan Bian-Ciang Chap-Sha-Ciang (Tigabelas Pukulan Tangan Kapas)nya. Terdengar jeritan nyaring saat tiga orang Duta Topeng Perak terlempar dengan dada hancur. Dua Duta Topeng Emas dan Topeng Perak yang lain segera tersadar lalu berteriak-teriak marah sambil melancarkan serangan-serangan yang dahsyat.
Puluhan jurus kemudian kembali gadis itu mengubah jurusnya, yaitu dengan menggunakan dengan ilmu Cui-Beng Chit-Seng-Khi (Hawa Tujuh Bintang Pengejar Nyawa) warisan salah satu tokoh Bulim Su-Sian yang dahsyat. Terdengar jerit mengerikan saat delapan orang terlempar dan mati seketika terkena pukulan bertenaga dalam tinggi, walau demikian tanpa sadar gadis itu telah terpancing masuk bergabung dengan para tetua persilatan yang sudah mulai kelelahan. Saat itu Lawan-lawan pasukan Duta Topeng Emas dan Topeng Perak mulai bertarung jarak jauh dengan melancarkan pukulan-pukulan dahsyat di sertai racun-racun berat.
Karena khawatir akan keadaan keempatbelas tetua yang sudah kehabisan tenaga dan keracunan tersebut Gadis berpakaian biru itu tiba-tiba mendelik kearah persembunyian hong Sin terus membentak dengan jengkel: “Eh, pria bodoh dan tak punya hati, mengapa kau belun juga turun tangan? Apa menunggu mereka semua mati keracunan baru kau mau keluar?...”
Kala itu Hong Sin sedang memusatkan Hud-Kiam-Gannya untuk mengawasi sekeliling tempat itu. Ini di sebabkan tiba-tiba dia merasakan dua hawa yang dahsyat saling tindih, namun itu bukan dari mereka yang sedang bertempur di bawah sana. Hawa Pembunuh yang pertama sangat pekat mengerikan terpancar dari bangunan bertingkat lima di sebelah kanannya, sedangkan hawa yang lain menekan dengan sangat kuat datang dari pepohonan yang rimbun di pinggir lapangan sebelah kirinya. Hud-Kiam –Gannya menerawang dua orang kakek yang sudah sangat tua, satu hwesio berperut buncit dan satu lagi seorang kakek kurus membawa botol arak. Sedangkan dari arah bangunan dia melihat empat orang. Yang satu memakai topeng Emas, yang satu seorang wanita bertopeng Kemala dan yang dua lagi pria berpakaian hitam dan berkerudung hitam, dia tidak tahu siapa mereka.
Saat itulah tiba-tiba di dengarnya seruan bernada kejengkelan keluar dari mulut gadis itu. Segera dia melirik dan menampak tatapan gadis itu yang terarah kepadanya. Dalam hatinya tertawa masam sambil menggaruk kepala. Sekali tubuhnya bergerak pesat dia telah bergerak bagaikan kilat menyambar dan tahu-tahu sudah ada dalam kepungan di tengah lapangan tersebut.
Segera dia mengerahkan Thian-Te Tok-Khi (Hawa Racun Langit Bumi), bagian Thian-Tok yang dahsyat mengebut pergi semua hawa beracun yang menyesakkan paru-paru di sekeliling tempat itu dan menggantikan dengan hawa yang harum luar biasa. Di lain saat tubuhnya bergerak dengan kecepatan luar biasa memasukkan masing-masing sebutir pil anti racun kedalam mulut para tetua persilatan yang tadinya telah keracunan hebat tersebut.
“Cepat kalian tarik nafas sebanyak tujuh kali dan gerakkan keseluruh tubuh, agar racun-racun di tubuh kalian segera lenyap…” Habis berkata begitu Hong Sin melirik kepada gadis berpakaian biru itu sambil tersenyum. Sang gadis manakala menampak pemuda itu tersenyum kepadanya lantas mencibirkan bibirnya kemudian melanjutkan serangannya yang dahsyat kearah dua orang dari Duta Topeng Emas di hadapannya, kontan mereka terdesak mundur kebelakang.
Hong Sin kemudian bergerak lincah sambil memainkan Im-Yang Tok-Kiam-Ci dan mendesak mundur para Duta Topeng Emas yang lain. Saat itu tiba-tiba terdengar teriakan menggelegar saat dua bayangan melesat dari arah kanan. Satu bayangan yang langsung menyerang Hong Sin dengan dahsyat bagai gugur gunung. Sedangkan bayangan yang lain menyerang Gadis berpakaian biru tersebut dengan hawa pukulan yang membuat Hong Sin terbeliak kaget, karena itu bukan lain adalah Thian-Tee Tok-Khi tingkat ke delapan, bagian Tee-Tok yang amat beracun.
“Bangsat pengacau…coba rasakan racun Ngo-Kwi-Tok Sin-Khi (Hawa Sakti Lima Racun Iblis) tingkat Sembilan milikku ini…?”
“DHAAAAAAAAAARRRRRR……” “BLAAAMMMM …..” “Hoeeekhhh….”
Debu mengepul sana-sini. Pancaran racun-racun yang amat ganas bertebaran di sekeliling tempat itu dalam jarak lima tombak. Hong Sin tetap berdiri tegak di atas tanah sedangkan bayangan yang menyerangnya tadi terlempar ke belakang menyambar tembok di belakangnya sambil memuntahkan darah segar. Sementara bentrokan antara bayangan satunya lagi dengan gadis berpakaian biru tersebut ternyata adalah Duta Topeng Kemala itu hampir sama kuat dengan gadis berpakaian biru tersebut. Kaki gadis itu melesak satu inchi ke tanah sementara Duta Topeng Kemala tergentak mundur tiga langkah ke belakang membawa luka dalam yang cukup serius. Untung saja Thian-Te Tok-Khi yang di milikinya walaupun amat dahsyat namun belum mencapai puncaknya sehingga gadis berpakaian biru itu masih dapat menahannya apalagi saat dia mengerahkan ilmu Ang-In-Hoat-sut-I-Ciang (Pukulan Jubah Sihir Awan Merah)nya yang dahsyat.
Bayangan hitam yang menyerang dengan racun Ngo-Kwi-Tok Sin-Khi (Hawa Sakti Lima Racun Iblis) itu ternyata adalah Gan-Kongcu, ketua dari salah satu diantara 5 partai sesat Mo Kiong Bun. Karena kekejiannya dalam waktu singkat dia telah melatih ilmu racunnya sampai tingkat ke-sembilan sehingga berhasil di angkat menjadi Su-Hu-Pangcu Mo Kiong Bun. Dia mengira ilmu racunnya sudah tergolong tanpa tandingan, namun kini terlihat wajahnya pucat pias, karena hasil dari bentrokan tadi dia kalah tenaga sehingga hawa racunnya berbalik menyerangnya. Ternyata Hong Sin sempat mengerahkan kekuatan puncak dari Thian-Te Tok-Khi yang di kerahkan bersamaan dengan Kim-I-kang sehingga hasilnya berkali lipat lebih dahsyat.
Sebenarnya hawa racun dari Gan-Kongcu ini sudah begitu dahsyat. Bila di banding dengan Thian-Te Tok-Khi yang di lepaskan oleh si Duta Topeng Kemala itu maka hawa racunnya boleh di bilang setingkat, namun bila ingin di bandingkan dengan Hong Sin yang menguasai inti ilmu tersebut dari sang penciptanya sendiri, sungguh bedanya jauh sekali.
Hong Sin sendiri sangat terkejut, bukan dengan kekuatan ilmu racun dari Gan-Kongcu, tapi dengan Duta Topeng Kemala yang sanggup menggunakan ilmu warisan keluarganya tersebut. Seingatnya hanya dia dan cicinya yang menguasai ilmu tersebut. Pikirannya berkelebat dengan cepat, dia sekarang juga sedang mencari cicinya, satu-satunya saudaranya yang masih hidup. Apakah Duta Topeng Kemala ini ada hubungannya dengan cicinya yang lenyap itu?
Tubuh Hong Sin tiba-tiba melesat pesat kearah Duta Topeng Kemala. Tangan kanannya bergerak mencengkeram bahu gadis itu dan membentak: “Siapa kau, mengapa kau juga menguasai Thian-Te Tok-Khi…?”
Saat itu juga berkesiurlah hawa beracun yang pesat dan amat kuat bagai gugur gunung Thai-San saja memapaki serangannya. Hong Sin tertawa sinis. Serangannya tidak berhenti namun lengan kirinya di tarik dan membalik menyambut serangan tersebut dengan sepuluh bagian tenaga dalamnya dan pengerahan jurus pertama dari ilmu Sian-Tok Sam-Sin-Kang (Tenaga Sakti Tiga Racun Dewa). Hebat sekali akibatnya, saat kedua tenaga itu bertemu, pembokong itu berseru kaget:
“Iiiiikhh…..” Tidak terdengar suara apa-apa saat dua lengan mereka beradu namun saat itu terdengar pekikan lirih dari musuh yang membokong dan menghalangi serangannya pada Duta Topeng Kemala itu, dan pekikan ini sempat terdengar oleh Hong Sin. Nampak lawan terdorong mundur setengah langkah, namun lengan Hong Sin juga tergetar kuat sehingga membatalkan cengkeramannya pada bahu Duta Topeng Kemala.
Di lain saat terdengar dengusan dari Si pembokong yang setelah di perhatikan adalah seorang pria yang berperawakan sedang dan berpakaian serta berkerudung hitam: “Huh, apa kau tak malu menyerang dan mengambil keuntungan dari orang yang sudah terluka? Pendekar macam apa kau ini…?”
Hong Sin tertegun sejenak, mukanya menjadi merah… ”Eh, aku hanya ingin tahu siapa dia yang bisa memainkan Thian-Te Tok-Khi…lain tidak…”
“Huh, kau memang hebat sudah mengalahkan Sam-Hu-Pangcu dan Su-Hu-Pangcu kami, kami tidak akan memperpanjang lagi masalah ini sekarang, apalagi kalian masih menyembunyikan dua orang pengecut yang tidak berani muncul, namun akan tiba masanya dimana kalian akan mengalami kehancuran total oleh Mo Kiong Bun kami…”
“Hohohoho…Pemabuk sinting, apakah kau melihat ada kucing ompong yang mau berubah menjadi harimau…?” Tiba-tiba terdengar suara yang nyaring sambil tertawa-tawa mengejek seolah-olah menjawab makian orang berkerudung hitam tersebut. Saat itu muncullah seorang Hwesio yang berkumis serta janggut putih dan berperut buncit. Kedatangannya bagaikan bayangan hantu saja saking cepatnya.
“Huh, hanya sebangsa kucing busuk untuk apa di hiraukan, tapi bagaimana kalau kita buat jebakan kucing dan mengumpankannya pada harimau betulan?…!” Tak kalah hebatnya juga tiba-tiba muncul lagi bayangan seorang kakek kurus dan ceking macam orng berpenyakitan
“Cui-Sian Sin-Ci (Dewa Arak Berjari Sakti)…!”
“Bu-Beng Kim-Hud (Budha Emas Tanpa Tanding)…!”
Terdengar seruan-seruan tertahan di sana-sini. Semua orang tahu persis siapa kedua tokoh yang baru datang ini yang tak lain adalah dua pentolan dari Bulim Su-Sian yang amat sakti. Rupanya kedua tokoh inilah yang di maki pengecut oleh si pembokong berkerudung hitam tersebut.
Melihat dua pendatang ini, pria berkerudung itu mendengus tanpa menjawab. Terlihat tatapannya beralih kepada bayangan lain yang belum menampakkan diri dari bangunan tingkat lima. Di lain saat tubuhnya berkelebat lenyap diikuti Duta Topeng Kemala, Duta Topeng Emas dan Topeng Perak yang tinggal berjumlah tak sampai setengah dari para pengeroyok tadi.
Hong Sin tidak tahu siapa orang misterius itu. Hanya dia tahu bahwa orang itu mempunyai ilmu kepandaian yang sukar di ukur. Hawa pembunuh yang amat pekat dari orang inilah dirasakan oleh Hong Sin serta kedua tokoh Bulim Su-sian yang baru datang tadi sebelum mereka memunculkan diri. Bahkan kedua tokoh Bulim Su-Sian itupun tidak berani sembarang menghalangi ketika orang tersebut berlalu dari tempat itu.
Para ciangbunjin serta Chit-Pai chit-cu membungkuk dengan hormat di hadapan dua tokoh dari Bulim Su-sian tersebut. Namun Cui-Sian Sin-Ci menolak keras sambil menunjuk Hong Sin dan berkata: “Hehehe…bukan kami yang menolong kalian, kalau tidak ada pemuda dan gadis itu mungkin kamipun tidak dapat berbuat banyak dengan racun-racun mereka yang mengerikan, seharusnya kepada dialah kalian mengucapkan terima kasih….”
Pek Sim Sian, Thai Su Login serta Ciangbunjin Siauw-Lim-Pai Kim Goan Taysu maju kehadapan pemuda tersebut. Dan berkata dengan nada penyesalan: “Hong-Tayhiap, harap maafkan keteledoran kami yang sudah salah menuduh tayhiap atas peristiwa yang lampau…kali ini tayhiap sudah menyelamatkan jiwa kami, atas kesalahan yang lalu kami tiada muka untuk menginjakkan kaki lagi di atas bumi ini…”
Hong Sin terkejut, hatinya tidak enak: “Eh…Jiwi suhu terlalu serius menanggapi peristiwa ini. Cahye tidak berani menerima sebutan tayhiap ini. Selama ini cahye tidak pernah mempermasalahkan peristiwa yang lalu lagipula telah kuketahui sejak lama akan adanya gerakan rahasia dari Mo Kiong Bun untuk menguasai duania persilatan dan membasmi tokoh-tokoh golongan putih …bahkan sudah lama menyelidikinya…” Berhenti sejenak dia kemudia melanjutkan lagi: “…Hanya di masa yang akan datang kiranya akan merepotkan locianpwe sekalian untuk sudi menyibukkan diri membasmi sumber kerusuhan ini…” Hong Sin kemudian menjelaskan secara rinci semua yang di ketahuinya mengenai gerekan Mo Kiong Bun serta ke-empat partai sesat lain yang bergerak di bawah perintah Mo Kiong Bun.
Bu-Beng Kim-Hud (Budha Emas Tanpa Tanding) tiba-tiba bertanya kepada Hong Sin: “Hohoho…kalau menurut yang kau katakan, itu berarti dunia persilatan terancam kemusnahan yang serius…?”
“Benar locianpwe, bahkan menurut penyelidikan cahye, ada banyak agen-agen dari Mo Kiong Bun yang telah di susupkan ke dalam partai-partai golongan lurus dan siap menantikan perintah untuk bergerak. Harap cuwi sekalian jangan pandang enteng gerekan para penyusup ini, karena gerekan mereka telah terbukti dalam meruntuhkan It-Kok Sam-Kiong (Tiga Istana Satu Lembah)…”
Para ciangbunjin ketujuh partai yang ada terkejut setengah mati. Ternyata hal seserius ini tidak pernah di sangka oleh mereka sebelumnya. Bisa di bayangkan bila It-Kok Sam-Kiong (Tiga Istana Satu Lembah) saja bias di bobol, apalagi partai-partai ini. Diam-diam ada kekhawatiran di dalam hati mereka.
Gadis ayu berbaju biru itu yang sejak tadi hanya diam saja, tiba-tiba mengeluarkan suara yang merdu:
Bersambung...