Laman

Selasa, 16 April 2013

6. Para Duta Sakti 2

Kwie Cun maklum. Orang segan menyebutkan nama lengkapnya pertanda mempunyai kesulitan tertentu dan diapun tidak memaksa, namun dia cukup terkejut mendengar ucapan pemuda misterius di dapannya ini, tapi sebelum dia bertanya lebih lanjut, tiba-tiba di sampingnya berkelebat dua bayangan dengan amat cepat. Kedua bayangan itu berdiri di sampingnya sambil terkekeh-kekeh kegirangan dan saling pandang, kemudian mulai memperkenalkan diri.
“Selamat bertemu Hek Kong Kiam, lohu adalah Hiat-Ih-Sin-Kay (Pengemis Sakti Berjubah Darah) Lam Ciong.” Sahut pria berusia empat puluhan berpakaian pengemis di sebelah kiri yang berjubah merah.
“Kalau Lohu adalah Hoat-Wan-Sian-To (Golok Dewa Pelaksana Hukuman) In Hoat…” Sahut pria berusia empat puluhan yang satunya lagi yang berjubah hitam di sebelah kanan.
Kwie Chun terkejut sekali mendengar julukan kedua orang itu. Mengenai Si Pengemis Sakti Lam Ciong dan Si Golok Dewa In Hoat dia pernah dengar gelarannya sebagai tokoh kang-ouw yang sudah sepuluh tahun menghilang dari rimba persilatan. Nama-nama ini hanya setingkat di bawah Chit-Pai-Chit-Cu maupun Hekto-Kui-Mo (Sembilan Iblis), namun karena mereka jarang muncul di dunia persilatan sehingga kurang bersaing namun demikian kepandaian merekapun hamper menyamai Chit-Pai-Chit-Cu.
Memikirkan hal ini, segera Kwie Chun bertanya: “Hemm, kalau tidak salah aku pernah mendengar tentang Si Pengemis Sakti dan Si Golok Dewa, apakah…?”
“Dugaan paman Kwie Cun tidak salah, nanti paman juga akan berkenalan lebih lanjut..saat ini cahye sangat membutuhkan pengetahuan dan keahlian paman, entah paman berkenan membantu ataukah tidak?...” Pemuda misterius itu menimpali pertanyaan Kwie Cun sambil menatapnya dengan serius.
“Sejak semula lohu sudah takluk, silahkan kong-cu menyebutkan apa yang harus ku lakukan…?”
“Baik mulai sekarang julukan paman adalah Kwi-Beng Hek-Kong-Kiam (Pedang bersinar Hitam Pengejar Iblis) Kwie Chun dan tugas paman adalah sebagai Duta Langit Pintu Timur….”
“Terima kasih kong-cu, tapi kalau lohu Duta Langit Pintu Timur, siapakah duta-duta lainnya?...”
“Paman Lam Ciong adalah Duta Langit Pintu Barat dan Paman In Hoat adalah Duta Langit Pintu Selatan, sedangkan Bibi Jin Hui adalah Duta Langit Pintu Utara, julukan beliau adalah Hok-Mo Kiam-Ci-Sian-Li (Dewi Jari Pedang Penakluk Iblis)…sebentar lagi dia akan kemari…” Setelah menarik nafas panjang sejenak, kembali pemuda melanjutkan perkataannya…
“Seperti yang paman ketahui sendiri, dunia persilatan saat ini sedang dalam keadaan yang genting. Walaupun ke-tujuh partai besar yang ada telah mulai mengerahkanpara jagonya yang sakti, namun itupun belum cukup untuk membendung petaka beracun dari lima Partai Iblis yang telah muncul secara rahasia belakangan ini…”
Mendengar ini, Kwie chun berseru: “Benar kong-cu, aku mengetahui banyak rahasia tentang keberadaan mereka termasuk siapa-siapa pemimpin teras mereka, sudah lama lohu menyelidiki kemunculan ke lima partai ini, itulah yang menyebabkan kenapa mereka selalu memburu keberadaan lohu. Tadinya lohu hendak mencoba menghubungi keempat penghuni Istana Dewa yang ada, tapi sampai saat ini belum berhasil…”
“Akhh…Tiga Istana Dewa Satu Lembah telah di hancurkan oleh orang-orang aliran iblis ini melalui para pengkhianat yang menyusup ke dalam istana-istana tersebut. Aku tidak mengetahui apakah ada keturunan ke tiga Istana lainnya yang selamat, tapi kalaupun ada aku yakin merekapun pasti tidak akan tinggal diam…” Saat berbicara seperti ini, tiba-tiba sorot mata pemuda berkilat aneh dan mencorong bagaikan tatapan naga sakti. Hal ini membuat ketiga orang tua di depannya terkejut melihat dan merasakan kharisma dari pemuda di hadapan mereka ini.
Saat itu tiba-tiba berhembus angin yang amat kuat di sekitar tempat itu. Mendadak berkelebat sesosok bayangan di hadapan mereka. Terlihat seorang wanita berusia empat puluhan yang cantik. Wanita tersebut berdiri di hadapan pemuda misterius yang di panggil Sin-te kemudian menjura dengan hormat.
“Sin-Ji, bibi sudah kembali. Telik sandi yang bibi kerahkan baru berhasil melacak sedikit informasi tentang keberadaan salah satu dari kelima partai Iblis yang selama ini bergerak secara rahasia, yaitu Hian-Beng-Kau. Partai ini di pimpin oleh seorang pemuda yang mungkin sebaya denganmu berjuluk Mo-Kong-Cu (Tuan Muda Iblis).
“Terima kasih atas usaha bibi. Bagaimana dengan kepandaian orang itu?”
“Soal kepandaiannya, bibi sudah pernah bergebrak dengannya beberapa jurus, namun bibi bisa pastikan bahwa bibi memerlukan lebih dari lima ratus jurus untuk bisa mengalahkannya…”
“Heemm, berarti kepandaiannya terpaut tak jauh dari bibi?...Hebat, Kali ini qta tidak tahu siapa tokoh misterius itu, sepertinya Hian-Beng-Kau ini tidak hanya berdiri sendiri saja…pasti mempunyai hubungan dengan keempat partai lainnya…!” Pemuda itu mendengus dingin.
Saat itu Kwie Cun menimpali: “Tepat seperti dugaan kong-cu bahwa mereka bukan satu organisasi yang terpisah dan berdiri sendiri-sendiri. Yang lohu tahu, kelima Partai ini merupakan satu kesatuan yang di kontrol oleh seorang misterius yang sangat lihai sekali, tidak ada yang tahu siapakah tokoh di balik layar tersebut. …”
“Melulu Hian-Beng-Kau saja sudah memiliki hampir empat ratus anggota. Tiap seratus anggota di bawahi satu Hu-Pangcunya yang sakti dan tiga Hu-Hoat, hingga totalnya mereka memiliki empat Hu-pangcu dan lima belas hu-Hoat…”
“Sahabat Kwie, menurutmu bagaimana kepandaian para Hu-Pangcu dan Hu Hoat ini di bandingkan denganmu?” Dengan rasa penasaran In Hoat segera menyambung dari samping.
“Hemm…kepandaian para Hu-Hoat seperti Sepasang Tengkorak Beracun tadi aku masih dapat mengatasinya, tapi kalau di banding dengan Hu-Pangcunya aku tidak yakin…” kata Kwie Cun setengah ragu-ragu sambil memandang pemuda di hadapannya.
“Paman masih ragu dengan kemajuan paman? Jangan kuatir, sejak jalan darah Jin-Tok paman tertembus beberapa waktu lalu, tenaga sakti yang paman miliki telah meningkat sepuluh kali lipat sehingga kepandaian paman sudah sukar di cari tandinganya lagi….”
Pemuda misterius itu terdiam beberapa saat, pikirannya memikirkan sesuatu, kemudian dia bemyambung: “Hemmn, tampaknya akan ada beberapa perubahan dalam rencana kita, namun kita harus membuat persiapan lebih dahulu Harap Para paman & bibi memperhatikan ilmu Thian-Te Tok-Khi (Hawa Racun Langit Bumi) yang akan ku tunjukkan ini, kalau bisa melatihnya paling tidak kita tak usah takut dengan berbagai pukulan beracun apapun. Setelah itu segeralah menyusulku ke Sam Sian Kok (Lembah Tiga Dewa), kita akan bertemu di lembah itu.”
Tubuhnya tiba-tiba bergerak ke depan dengan gerakan lambat memainkan Sembilan jurus Thian-Te Tok-Khi (Hawa Racun Langit Bumi) andalannya, di amati dengan cara saksama oleh keempat orang itu. Setelah mengulangi sampai tiga kali, sambil mulutnya memaparkan petunjuk-petunjuk untuk memperdalamnya dan kemungkinan-kemungkinan untuk mengembangkannya lebih dahsyat lagi, tubuhnya lenyap dari tempat itu.
Ke empat duta langit yang baru di tunjuk tersebut mengikuti semua dengan teliti. Seluruh perhatian mereka di curahkan penuh untuk melatih semua petunjuk tersebut. Sampai jauh malam mereka berlatih. Menjelang tengah malam tubuh mereka terdiam dalam keadaan semedhi.
Walau demikian, pikiran mereka terus bekerja keras dan memikirkan kemungkinan-kemungkinan lain dari ilmu tersebut bila di gabungkan dengan ilmu mereka masing-masing sesuai dengan petunjuk pemuda misterius yang hanya mau di panggil Sin-tee tersebut. Menjelang fajar, saat ayam berkokok , keempat orang itu tersadar. Ketika membuka mata, sinar mata mereka mencorong aneh. Saat mereka saling tatap mereka terkejut sekali mendapat kenyataan bahwa ilmu mereka telah memperoleh kemajuan yang luar biasa, lebih dari latihan mereka sebelumnya. Dalam semalam saja kepandaian mereka bertambah sehingga membuat mereka bertanya-tanya sampai di mana kepandaian pemuda yang mereka ikuti itu. Setelah saling mengangguk, keempat orang itu kemudian berkelebat ke jurusan Sam Sian Kok di daerah pegunungan Thai San.
***
Pemuda berjubah putih sederhana dan berwajah tampan itu berdiri tegak menghadapi pintu besar yang terbuat dari besi baja setebal tiga kaki. Sebaris tulisan yang kokoh tampak terukir pada pintu tersebut: “Pintu Penyesalan Duta Bumi”. Tidak nampak anak kunci pada pintu tersebut. Di keempat penjurunya tampak empat bekas telapak tangan yang samar-samar.
Setelah menghormat sejenak, kedua kakinya segera menjejak ke tanah dan tubuhnya melambung ke atas setinggi empat tombak. Di udara pemuda itu lalu memainkan jurus ke tiga dari Thian-Te Tok-Khi (Hawa Racun langit Bumi), yang bernama “Memasuki Barisan Menggempur Empat Penjuru”. Saat itu tampak empat bayangan talapak tangan menghantam laksana kilat dalam detik dan waktu bersamaan ke arah empat sudut pintu tersebut. Yang hebatnya, walaupun tenaga yang di kerahkan amat kuat, bahkan sanggup menghancurkan sebongkah batu sebesar kerbau, namun ternyata tidak menimbulkan suara maupun desiran angin sama sekali.
Keempat sudut yang terpukul itu melesak sedalam dua inchi setengah. Pemuda tersebut kembali telah tagak berdiri di tempatnya semula tanpa bergerak. Seolah tidak terjadi apa-apa. Pintu itupun tidak terjadi apa-apa. Keempat orang tua di belakang pemuda itu saling pandang dengan heran, namun mereka tidak tahu harus berbuat apa.
Selagi mereka saling pandang, tiba-tiba pemuda itu mengebaskan lengan kanannya. Serangkum angin dingin menyapu pintu itu sehingga hancur seperti bubuk seolah-olah debu saja, pintu itu perlahan lenyap menjadi bubuk. Hal mana membuat keempat orang itu terbelalak kagum. Belum habis rasa kaget mereka, kembali terdengar suara yang keras menggelegar masuk ke dalam goa.
“Hong Sin, keturunan ketiga Sam Sian Kok, memanggil sepuluh Tee-Kiam-Hu-Hoat (Sepuluh Duta Pedang Bumi) untuk menghadap!”
Sesaat kemudian terdengar suara mencicit tajam dari dalam goa, dan tak lama kemudian melesat keluar sepuluh orang laki-laki berusia tigapuluhan dari dalam goa. Di tangan mereka memegang pedang yang berbeda ukuran dan beraneka macam bentuknya.
Kesepuluhnya berdiri di hadapan Hong Sin dengan kepala tertunduk. “Tee-Kiam Hu-Hoat siap menerima perintah!”
“Sudah delapan tahun kalian mengurung diri, sekarang saatnya kitaa melakukan pembersihan dan mengembalikan kewibawaan Sam Sian Kok, apa kalian siap?” Tenang suara pemuda itu, namun bagaikan desau air samudra di telinga ke sepuluh orang itu yang segera mengiakan.
Perlahan pemuda itu membalikkan tubuh kepada empat Kwie Cun dan lainnya kemudian berkata dengan suara perlahan: “Tee-Kiam-Hu-Hoat (Sepuluh Duta Pedang Bumi), adalah merupakan keturunan-keturunan yang sisa dari Sam Sian Kok. Saat terjadi penyerangan dan pembasmian dari pihak musuh, Tee-Kiam-Hu-Hoat (Sepuluh Duta Pedang Bumi) sudah satu tahun mengurung diri di ruang penyesalan diri ini sehingga keberadaan meeka tidak di ketahui oleh lawan. Sekarang mereka telah berhasil menguasai “Ilmu Sepuluh Pedang Sakti” yang telah lenyap limartus tahun lalu.
Kwie Cun dan yang lainnya terkejut. Namun kembali terdengar Hong Sin berkata: “ Kepandaian mereka masing-masing hanya setingkat di bawa paman dan bibi berempat, namun bila mereka bergabung menjadi satu, di tambah empat orang sekalipun hanya dapat bertarung seimbang dengan mereka.
bersambung...