Laman

Minggu, 14 April 2013

Pertarungan Akhir

Saat itu tubuh Han Sian melayang memasuki arena yang dahsyat itu. Karena saat itu Tee Sun Lai sedang mengerahkan tahap puncak Ilmu Tapak Berantai Pemusnah Raga Sesat tingkat ke-limanya. Han Sian-pun tidak main-main. Segera dia kerahkan Kiu Sian I sin kang dan Hui Im Hong sin kang untuk menyambut serangan itu.
Di sekeliling tubuhnya tercipta sembilan putaran tenaga bergelombang yang saling mengisi untuk menghancurkan putaran tenaga lawan sehingga kekuatan lawan mereda. Kemudian dengan menunjuk lurus ke depan, dari ke dua bola mata Han Sian keluar kilatan kecil yang amat kuat dan langsung menjebol pertahanan Sun Lai. Saat itu juga tubuh Tee Sun Lai diam tak bergerak.
Melihat ini segera Pangeran Yomlie memburu kearah Tee Sun lai dan merobek jubahnya. Dari balik jubah itu jatu sesuatu benda. Segera Pangeran Yomlie menendang benda itu ke arah Thio Tay Lee yang segera menyambutnya.
Setelah di perhatikan, ternyata itu adalah sebuah topeng yang mirip sekali dengan wajah Han Sian.
Hampir tak percaya Tay Lee melihatnya. Tapi tangannya bergetar memegang benda tersebut.
“Apakah itu saudara tay Lee?” Lu Sim Hay segera mendekat untuk melihat, dan diapun terkejut melihat akan benda ini.
Saat semua orang terdiam, Tee Sun Lai sudah dapat bergerak kembali. Sekali gerak tubuhnya sudah melayang menuju ke arah anak buahnya.
“Bangsat cabul, hendak lari ke mana kau?” Kali ini kami takkan melepasmu kedua kalinya. Segera Thio Tay Lee dan Lu Sim Hay mengejar ke arah Tee Sun Lai. Dalam sekejap mereka di halangi oleh pasukan Intana Lembah Bangkai. Tapi itu tidak bertahan lama karena dalam kemarahan mereka, para anak buah ini hanya seperti tikus-tikus tak berguna. Namun Tee Sun Lai sudah lenyap dari tempat itu.
Dengan gemas Thio Tay Lee kembali ke hadapan Han Sian. “Saudara Han Sian, maafkan kekeliruanku..terima kasih atas kemurahanmu. Urusan di sini ku serahkan padamu.” Han Sian mengangguk dan Tay Lee-pun berkelebat lenyap dari situ.
“Saudara Han Sian, akupun minta maaf atas sikapku. Kau sungguh beruntung. Semoga ke empat gadis itu bisa bahagia di sampingmu, permisi...?” Dalam sekejap tubuhnyapun lenyap mengejar Tee Sun Lai.
“Han Sian menatap mereka dengan tenang. Kemudian dia menyapu semua orang yang ada di situ. Mereka semua terdiam tanpa dapat berbuat apa-apa. Saat tatapannya sampai pada ke tiga kekasihnya, tatapan itu berubah lembut. Perlahan dia mendekati mereka
“Hong-moi, Lian-moi dan Lan –moi…apa kalian juga tidak percaya padaku?” Suaranya lembut meminta kepastian mereka.
Ketiga gadis itu balas menatap, dan In Lan maju ke depan menghampirinya…sambil menitikkan airmata.
“Sian-koko, jawablah dengan jujur, apakah benar kau tidak mengkhianati kami yang memujamu…”
“Demi thian, Lan-moi, aku tidak pernah melakukan hal itu…” Balas Han Sian lembut.
“Kalau begitu aku percaya padamu…” Sahut In Lan perlahan.
Jie Hong dan Hong Lian saling tatap dan kemudian mendekati Han Sian. Han Sian menatap mereka dengan lembut.
“Sian-koko, kami juga percaya padamu…”
“Huh, apakalian kira kami datang hanya untuk menonton drama sentimentil seperti ini?”
Tiba-tiba suatu suara keras menyelutuk. Satu bayangan orang yang berjubah hitam tampak berdiri di tengah lapangan tersebut. Perbawa tenaganya sangat luar biasa sekali. Penampilannya mirip dengan tampang Iblis Es Api yang telah berubah menjadi wanita cantik tadi, hanya jubahnya berwarna hitam.
“Kongkong...akhirnya kau datang juga....?” Gadis cantik yang sejak tadi mengaku Iblis Es Api itu tiba-tiba berseru gembira dan berlari mendekati kakeknya.
Wajah pria ini tampak welas asih. Sekilas pandang, tak seorangpun yang menduga kalau dialah Iblis Es Api yang sebenarnya. Para bawahannya segera berlutut sekali lagi dan berseru: “Hormat kami pada yang Mulia Iblis Es Api.”
Kakek tua ini mengangkat tangannya sehingga semua orang terdiam.
“Kongkong, pemuda tampan ini sangat sakti sekali, tolong taklukkan dia untukku...?”
Suara gadis itu lantang tapi penuh permohonan pada kakeknya itu.
“Hemm, orang muda...apa kau sudah dengar keinginan cucuku?...aku akan membebaskanmu jika kau dapat bertahan sepuluh jurus dariku?” Kakek itu berkata dengan suara datar. Tapi tiba-tiba semua orang di sekitarnya merasakan tekanan hawa pekat yang menyesakkan dada.
“Apakah kau Iblis Es Api yang sesungguhnya?” Han Sian bertanya dengan tenang tanpa terpancing emosi. Dalam sekejap dia sudah berada di hadapan kakek itu. Saat dia mengerahkan tenaganya hawa pekat menyesakkan itu lenyap.
“Hahahahaha...hebat sekali...mari kita bermain-main sebentar anak muda. Ku dengar kau menguasai Ilmu Seribu Iblis Pemusnah. Mari aku ingin mencobanya.
“Maaf, kita tidak bermusuhan, lagi pula aku tidak mempunyai keuntungan apa-apa kalau mengadu nyawa denganmu...permisi?” Han Sian berseru tenang sambil bersiap membalikkan tubuh.
“Heh, apa maksudmu, apa kau kira aku ini orang yang suka langgar janji? Kalau kau menang, kau dapat cucuku....?” Bantak kakek itu gusar.
“Baiklah, kita saling serang dalam tiga jurus, kalau kau dapat mengalahkanku, aku akan menikahi cucumu, tapi kalau tidak, kau dan semua keturunanmu harus meninggalkan tionggoan ini dan jangan kembali dalam limaratus tahun kedepan, berani?
Kakek itu melengak sejenak kemudian barulah dia menjawab: “Kau menantangku, baik aku berjanji, selama aku masih hidup tak seorangpun yang boleh melanggar sumpah ini, mari kita mulai?”
Han Sian bersiaga penuh. Dalam sekejap dia telah bersiap-siap melancarkan Jurus ke lima dari ilmu Seribu Iblis Pemusnah, yang bernama “Ribuan Iblis Membelenggu Dewa Langit". Tangannya bergerak berputaran dengan cepat sekali, dalam sekejap di sekililingnya keluar awan hitam yang kuat yang mengejar ke arah kakek itu. Ilmu ini nampak sederhana, tapi awan hitam itu sanggup memakan habis tenaga lawan sampai tidak tersisa sedikitpun.
“Hayaaa...ini Ilmu Iblis Pemusnah tulen” Kakek itu terkejut dan segera memutarkan tangannya bagai kitiran berlawanan sambil tubuhnya melayang ke atas. Dari kanan-kiri tubuhnya keluar api dan es yang amat panas mendesak ke arah awan hitam itu.
Sampai lama kedua kekuatan itu saling mendesak, hingga akhirnya keduanya tergentak mundur kebelakang tiga tindak. Dari kepala mereka tampak uap putih dan peluh sebesar biji jagung.
“Giliranku...!” Belum sempat Han Sian memasang kuda-kuda, kakek itu sudah menyusul dengan serangannya. Kedua tangannya di pukulkan ke depan dengan perlahan. Sembilan bagian tenaganya di kerahkan. Tampak lambat saja dan sederhana, tapi tak ayal tibanya ternyata sangat cepat sekali. Han Sian merasakan tekanan yang amat berat yang melumpuhkan semangat serta semua tenaga dalammya dan juga mengurung semua jalan keluarnya.
Han Sian terkejut melihat serangan ini. Dalam sekejap saja jurus terakhir dari Ilmu Seribu Iblis Pemusnah, yaitu Jurus “Dewa Iblis Menyegel Dewa, Memutar Langit”. Tiba-tiba dari tubuhnya keluar ledakan tenaga yang dahsyat sekali dan akibatnya, seluruh serangan Iblis Es Api terpental balik dan lenyap tak berbekas. Sementara itu Iblis Es Api sendiri telah jatuh terduduk dengan mulut meneteskan darah segar.
“Akhh, kau hebat sekali anak muda. Tak di sangka puluhan tahun berlatih, tetap tak ada gunanya di hadapan seorang muda seperti kau...kau pewaris para dewa sejati” Kakek itu berkata dengan kagum tapi air mukanya juga menunjukkan kesedihan yang dalam.
Han Sian terharu, otomatis dalam hatinya dia menghargai akan jiwa kakek ini. “Masih ada satu jurus lagi, apakah locianpwe masih mau terus?” Kata Han Sian sambil menyebut “Locianpwe” (orang tua gagah)
Kakek itu tak bersuara, tapi tiba-tiba wajahnya berubah bersinar-sinar gembira.
“Baik, satu jurus lagi...aku masih punya seribu pukulan dalam sekejap...puaskan hatiku anak muda! ” Tiba-tiba tubuhnya melesat ke atas. Kedua tangan di angkat ke atas seperti menarik sesuatu dan semua orang merasa udara di sekeliling mereka berhenti mengalir. Dari balik tubuh Iblis itu tampak cahaya kemerahan yang mengerikan.
Melihat akan ini Han Sian tertegun sejenak tapi tubuhnya langsung mengerahkan I kin Hiat Hip Kang yang di padukan dengan Hui Im Hong sin kang dan Kiu Sian I sin Kang. Dalam sekejap pula cahaya keperakan dan keemasan meliputi tubuhnya yang segera melesat ke atas menyambut serangan kakek itu. Tidak terjadi ledakan apapun. Tapi semua orang terkejut ketika tiba-tiba di udara terlihat fenomena yang ajaib. Langit seolah-olah di tutupi oleh ribuan bayangan kemerahan yang bertarung denga ribuan bayangan keperakan & keemasan yang sangat cepat sekali.
Pemandangan luar biasa ini hanya sekejap saja, hanya dua menit, tapi dalam dua menit itu para jago-jago tingkat tinggi melongo menyaksikannya. Mereka seolah-olah menonton peragaan berbagai jenis variasi ilmu silat yang dahsyat saling serang, saling menindih dan berlalu dengan kecepatan yang hampir mendekati tingkat kemustahilan sama sekali.
Tiba-tiba keduanya telah berdiam di tengah lapangan. .Tubuh Han Sian masih melayang dua jengkal dari atas tanah dengan baju bagian atas hancur, tapi tubuhnya di selimuti cahaya keemasan dan keperakan. Sedangkan Iblis Es Api tersebut tegak di atas tanah dengan tubuh di lingkupi cahaya kemerahan yang memudar. Setalah di amati, walaupun jubahnya tidak kurang suat apapun namun dari sela-sela bibirnya nampak menetes darah segar. Dia terluka dalam yang cukup parah sekali.
“Kongkong…!” Gadis yang menjadi cucunya itu menjerit sambil menghambur mendekati dan memeluk kakeknya,sementara matanya memendang marah pada Han Sian.
Han Sian jadi tidak enak. Segera dia hendak menghibur, tapi kakek itu sudah mengangkat tangan kanannya dan berseru:
“Aku kalah, namun aku puas! Kau hebat anak muda…di atas dunia ini, di mana saja Kwi Sian Hok Cu berada,maka seluruh penghuni Istana Neraka Hitam akan tunduk dan tidak akan menyentuhnya sedikitpun…” Sehabis itu dia membalikkan badan dan berlalu dari situ. Tapi aneh, cucunya justru berjalan ke depan Han Sian dan bertelut dengan kaki satu di tekuk ke depan
“Eh, nona…apa maksudmu?” Han Sian bertanya dengan heran. Saat itulah terdengar suara menggeme daki kakek Iblis Es Api:
“Kwi Sian Hok Cu, Istana Neraka Hitam adalah simbol yang mempersatukan semua dedengkot kaum hitam di seluruh bagian barat dan Selatan.. Hari Ini kau menaklukkan kami dengan kemenangan mutlak karena ilmu silatmu memang lebih tinggi maka kami tunduk padamu, sebagai bukti bahwa kami tidak akan terjun ke dalam dunia persilatan ini selama limaratus tahun ke depan maka cucuku akan melayanimu seumur hidupnya. Dia bernama Putri Maya…terserah hendakmu akan kau jadikan apa dia, tapi kalau kau pulangkan dia, dia tidak akan mendapat tempat di antara kami ataupun di atas dunia ini….Selamat tinggal. “ Suara itupun lenyap tanpa bekas. Semua orang hanya saling pandang sambil menatap Han Sian dan Putri Maya. Tidak ada yang berani komplain sedikitpun.
---lovelydear---
Suasana Puncak Awan Es kembali tenang. Semua orang telah mohon diri setelah menyelesaikan semua kesalahpahaman. Enam Dewa telah mohon diri dari Han Sian sambil mengucapkan selamat. Walau beberapa di antara mereka tampak kecewa hantinya sehubungan dengan beberapa gadis yang mereka puja. Tapi melihat situasi yang ada, mereka hanya memendamnya saja. Hanya tersisa Han Sian, Pangeran Yomlie, kelima gadis yang diam dan Argapa serta ke seratus orang pasukan khususnya.
Pangeran Yomlie memohon diri untuk pulang ke Persia.
“Kanda Yomlie…mohon sampaikan pada ayahanda dan ibunda bahwa ananda akan menyambangi mereka…” Putri Yasha berkata pada kakaknya.
“Adikku, kalau ini adalah keputusanmu…kanda akan mendukungnya. Asalkan kau bahagia…” Pangeran Yomlie berpaling pada Han Sian dan berkata:
“Saudara Han, aku titipkan adikku. Jika kau hendak meminta restu orang kami kau harus pergi ke Jepang, karana mereka telah pindah ke sana untuk mengasingkan diri…namun engkau tidak boleh datang ke sana sebagai orang biasa, karena dalam tradisi kekaisaran kami,tidak layak orang dari kalangan yang bukan kaum kerajaan memiliki istri lebih dari satu…” Pangeran Yomlie memandang pada Putri yasha. Semua orang terdiam, dan Putri Yasha menundukkan kepala dengan sedih.
Melihat suasana ini, entah darimana datangnya ide itu, tiba-tiba Argapa Lama berseru dengan lantang: “Jangan khawatir pangeran, tolong sampaikan saja bahwa Argapa, Panglima Besar Istana Tebing Langit akan mengantarkan undangan khusus dari Pangeran Han Sian si Pendekar Asmara Tangan Iblis, Penakluk Dewa & Iblis dan Sang Penguasa Istana Tebing Langit, untuk memohon restu dalam waktu dekat ini.”
Setelah itu Argapa memberi tanda dengan mengangkat tangan, dan serentak ke-seratus orang pasukan khususnya berlutut sambil berseru denga suara nyaring:
“Panjang umur bagi Pangeran Han Sian, Pendekar Asmara Tangan Iblis, Penakluk Dewa & Iblis dan Sang Penguasa Istana Tebing Langit…!”
Melihat ini semua orang tertawa dan tersenyum sambil melihat kepada Han Sian.
“Eh, ini…ini, akh…mana bisa begini…Hong moi?...” Han Sian tergagap dan memandang pada Jie Hong. Yang di tatap hanya tersenyum saja, dan setelah mengedipkan mata pada keempat gadis lainnya, dia berkata berkata sambil tersenyum simpul.
“Pangeran sungguh beruntung, semoga panjang umur dan besikap adil serta tidak menelantarkan para gadis bodoh seperti kami”
Han Sian tertegun, wajahnya jadi merah. Sesaat kemudian dia menarik Pangeran Yomlie agak menjauh dan berbisik dengan panik:
“Eh, pangeran…ku tahu kau adalah ahlinya, tolonglah aku, beri tahu aku bagaimana caranya mengatasi “singa-singa betina” ini…?”
“Wah..wah..wah, terus terang saja ku hanya memiliki pengalaman dengan “kelinci-kelinci liar” diistana, tapi tidak pernah dengan “singa-singa betina”…jadi aku sunggu prihatin karena tidak dapat membantu…Sampai jumpa lagi…!” Pangeran Yomlie tertawa-tawa di lain saat tubuhnya sudah melayang di kejauhan, meninggalkan Han Sian yang terlolong bengong dengan tatapan kosong.
Sementara itu Argapa dan yang lain-lainnya segera mengundurkan diri. Sehingga tertinggal Han Sian yang bingung memandangi kelima gadis cantik yang sedang tersenyum-senyum manis di hadapannya ini seperti orang bodoh, tidak tahu mau buat apa.
Sampai lama Han Sian terdiam. Kelima gadis itupun hanya saling menatap dan terdiam reribu bahasa. Tapi lama-kelamaan terbersit senyum simpul di bibir Han Sian. Perlahan tangannya bergerak dan kedua gadis yang berdiri paling dekat dengannya, yaitu Putri Yasha dan Putri Maya terbetot ke dalam pelukannya dan di lain saat dia sudah menciumi mereka berdua tanpa malu-malu di hadapan yang lainnya yang hanya memandang tertawa sambil mendekat.
TAMAT.