Laman

Minggu, 14 April 2013

Bentrokan Pertama

“Awaassss…!” Sahut salah seorang penunggang kuda itu mengingatkan dengan suara khawatir dan segera menarik kekang kudanya sehingga kuda itu meringkik kesakitan
“BAGERO, Kau cari mati rupanya…!” Bukan main marahnya Swat Tok Kui. Sambi membentak tangannya di arahkan menghantam kepala kuda itu yang langsung hancur dan mati berkelojotan.
“Heiiii…mengapa kau telengas sekali?...” Seru penunggang kuda itu yang langsung melesat ke atas dan turun ke tanah dengan muka merah karena marah.
Sementara itu Lui Ci Kui Sian Li juga tak mau ketinggalan. Tangannya di angkat dengan jari-jari menegang hendak di pukulkan ke arah kuda yang satunya lagi. Tapi perbuatannya itu sempat di duga oleh sang pemilik kuda yang telah melihat akibat terhadap kuda kawannya.
Dalam sekejap pula dia menahan kekang kudanya dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya tiba-tiba keluar selarik sinar pedang tajam dari Ilmu Toa Hong Kiam Sut yang mengarah ke telapak tangan Lui Ci Kui Sian Li yang sedang terbuka itu.
Lui Ci Kui Sian Li yang tidak menduga lawan berani memapaki pukulannya, terkejut tapi tidak sempat menarik pulang serangannya. Segera saja dia lanjutkan.
“Ciiiiit….Cusss…” “Aiiiikhh..?” Lui Ci Kui Sian Li tergentak mundur sambil menahan sakit tangannya.
Pemuda itu segera melayang turun dari kudanya dan berdiri di samping rekannya yang tampak marah itu. Ternyata mereka adalah dua orang muda yang gagah, mereka bukan lain adalah Khu Hee Liong dan Kiang Po Chun adanya.
“Heh, siapa kalian? …” Bentak Lui Ci Kui Sian Li dengan marah. Namun dia tidak berani sembarangan menyerang saat di rasakannya kekuatan lawan tidak berada di sebelah bawahnya.
“Huh, aku yang mau bertanya siapa kalian? Mengapa begitu telengas membunuh tungganganku yang tak bersalah pada kalian?…” Khu Hee Liong menyahut dengan nada yang tidak senang.
“Anak kurang ajar, ada kepandaian apa kamu sehingga aku harus menjawab pertanyaanmu?
“Ooohhh, jadi kamu ini bapak kurang ajar, yaa? Bagus-bagus, aku tidak perlu repot-repot mencari…”
“Setan, matilah kau…” “Sshooosss…!” Tiba-tiba serangkum hawa yang luar biasa dinginnya berhembus ke arah Khu Hee Liong.
Pemuda ini hanya mendengus pendek saja, di ikuti tangannya yang bergerak memapaki dengan mendorongkan tangannya ke depan menyambut serangan lawan dengan pengerahan Bu Kek Kang Sin Kang tingkat ke-tujuh.
Maka terjadi pertarungan yang dahsyat antara ke dua orang ini. Ini membuat mata kedua Iblis itu terbuka lebar bahwa lawan yang mereka hadapi ini bukanlah lawan sembarangan.
Sementara itu Lui Ci Kui Sian Li juga tidak mau kalah, segera merengsek pemuda yang satunya lagi, tapi akhirnya dia kecele, karena lawan yang di hadapi ini ternyata tak kalah tangguh juga.
Pertarungan berlangsung sampai limapuluh jurus dengan dahsyat. Semua ilmu-ilmu iblis mereka di kerahkan pada tingkat yang paling tinggi yang di layani oleh Hee Liong dengan Bu kek kang sin kang tingkat ke delapan dan oleh Po Chun dengan Giok Ceng Sin Kangnya dengan enteng sehingga lawan mereka tetap tidak ungkulan memenangkan kedua orang muda tersebut. Hal ini membuat kedua iblis tersebut penasaran. Hingga akhirnya, mereka saling lirik dan memberi kode…
“Cukup dulu anak muda, lain kali kita akan selesaikan perhitungan ini…” Berkata demikian, kedua iblis melemparkan benda bulat di atas tanah yang segera mengeluarkan asap tebal, di lain saat mereka telah kabur dari tempat tersebut.
Khu Hee Liong dan Kiang Po Chun hanya menggeleng kepala saja. Mereka tidak mengejar karena merasa tidak punya permusuhan. Segera mereka melanjutkan perjalanan mereka. Dalam hutan mereka menemukan kelima orang yang sekarat dan berusaha menolong mereka tapi luka dalam mereka terlalu parah. Sebelum mereka mati, kedua pemuda ini mendapatkan berita yang luar biasa mengenai kemunculan Istana Neraka Hitam itu sehingga kedua orang muda ini menyesal telah melepaskan ke dua lawan mereka tadi.
Di atas perahu pesiar di tengah danau
“Sian Koko, sekarang apa keputusanmu…beritahukanlah pada kami? Kami sudah siap menerimanya?” Terdengar suara merdu dari Hong Lian yang mengusik lamunan Han Sian. Saat dia membalikkan tubuhnya, tampak ketiga gadis yang amat cantik telah berdiri di hadapannya
“Eh, keputusan apa?...” Tanya Han Sian seperti orang linglung.
“Ya…keputusan kamu , bodoh! Siapa yang akan kau pilih dari antara kami?” Sahut Jie Hong sambil cemberut, tapi wajahnya berona merah kemalu-maluan.
“Tapi…bukankah…? Bukankah…? “ Han Sian sedikit gagap menanggapinya.
“Benar kata Jie Hong cici, kau harus memilih dan pilihanmu harus adil tanpa menyakiti salah satu di antara kami, jelas…?” Suara lembut In Lan menimpali dengan perlahan sambil menatap Han Sian.
“Iya, iya…tapi bukankah kalian sudah…sudah…?
“Sudah apa? Huh, ngomong aja gak genah…bagaimana bisa memutuskan?” Hong Lian memotong sambil tertawa manis.
“Eh, maksudku, bukankah kalian bertiga menentukan dan memutuskannya?...” Han Sian menatap tajam mereka bertiga yang kelihatan bingung dan saling pandang.
“Cuma…!”
“Cuma apa?...” Sahut In Lan curiga sambil wajahnya mengamati wajah pemuda di depan mereka yang tiba-tiba berubah cengar-cengir .
“Mmmm, akh..aku hanya takut dan bingung bagaimana caranya memeluk kalian bertiga sekaligus, sedang tanganku hanya dua…hahahah” Sambil mengucapkan kata terakhir itu tubuhnya sudah melayang ke menuju ke pinggir sungai.
“Ahh…Sian-Koko, kau nakal, menggoda kami seperti itu…awas ya!” Tubuh Jie Hong turut melayang mengejar Han Sian yang di ikuti oleh Hong Lian dan In Lan yang tersipu-sipu. Mereka tidak komplain, karena pada dasarnya hati merekapun sudah saling menerima satu dengan yang lainnya dengan rela. (Inilah anehnya dunia cinta)
Tubuh Han Sian melesat lebih cepat. Dia tidak lagi memperhatikan ke tiga gadis yang mengejarnya itu. Perhatiannya tertuju pada sesosok tubuh berpakaian Lama yang mengapung di pinggir sungai.
Sekali menutul di atas permukaan air dia menyambar tubuh tersebut dan membaringkannya di pinggir sungai. Di lihatnya nafas Lama tersebut kempas-kempis. Segera tangannya bergerak menotok ke delapan belas jalan darah penting di tubuhnya. Tak lama kemudian orang itu sadar dan berbicara, tapi suaranya lemah sehingga Han Sian terpaksa harus mendekatkan telinganya.
Sementara Han Sian mencoba mendengarkan suara Lama tersebut, Ketiga gadis itu sudah tiba di dekat mereka. Hong Lian yang mengetahui tentang ilmu pengobatan segera memeriksa Lama tersebut. Namun diapun akhirnya menggeleng kepalanya.
“Dia sudah tak tertolong Sian-koko. Tenaganya terbalik dan hampir semua urat nadinya rusak berat. Kalaupun bisa sembuh dia akan cacat seumur hidup. Kecuali kalau kita bisa mendapatkan Jamur Inti Es, tapi itupun mustahil karena jamur tersebut hanya muncul 100 tahun sekali di puncak himalaya. Atau kalau kalau kau rela menggunakan hawa tenaga Hui Im Hong Sin Kang, dan ini membutuhkan waktu 7 hari.” Hong Lian menatap pemuda itu dengan penuh selidik.
“Hemm, lakukan Lian-moi, aku akan membantunya…”
“Tunggu dulu orang muda! Kau tidak akan berbuat apapun. Lama itu adalah buruan kami, tinggalkan dia di situ…” Tiba-tiba terdengar suara mengkereng. Han Sian membalikkan tubuh diikuti Jie Hong, In Lan dan Hong Lian. Tampak di hadapan mereka tiga orang bertopeng iblis yang mengerikan. Segera Han Sian mengenal ketiga orang tersebut sebagai rekan dari Panglima Barat yang dia bunuh kemarin.
“Oh, kiranya kalian…Hemmnn, tadinya aku masih ragu apakah orang yang akan ku tolong ini orang baik atau jahat, tapi setelah melihat siapa yang sedang memburunya, rasanya ku tak perlu tanya lagi…sudah pasti dia orang baik…” Kata Han Sian dengan senyum sinis memandang ke tiga orang itu.
“Heh, orang muda, siapa kau? Rasanya kita baru kenal dan kau sesumbar di depan kami…?”
“Akhh, aku tak perlu banyak bertanya karena kemarin baru saja ku kirim Panglima barat kalian bersama ke tiga binatang peliharaannya bertemu Giam-lo-ong…dan , ku dengar dia sekarang sedang menunggu kalian di sana?”
“Manusia lancang, bosan hidup…” “BUNUH! …dan tangkap ke tiga gadis itu hidup-hidup” Salah satu dari mereka yang berpakaian biru itu membentak dan serentak mereka bertiga menyerang.
“Eh, Iblis-iblis busuk, kalian sungguh tidak memandang sebelah mata pada kami, baiklah , mari biar nonamu ini beri pelajaran kecil” In Lan yang tak tahan melihat ke pongahan mereka segera memapaki serangan Panglima Timur.
Sementara itu Hong Lian dan Jie Hong yang hendak bergerak maju segera di tahan oleh Han Sian. "Kita jangan buang banyak waktu meladeni mereka" Habis berkata begitu, tubuhya melesat menyambut ke arah panglima Selatan dan Utara.
Malang bagi kedua panglima itu. Berharap memetik kemenangan cepat, tapi justru menjadi malapetaka, karena saat itu juga Han Sian telah memainkan jurus pertama dari Ilmu Seribu Iblis Pemusnah..
Kedua orang itu hanya merasakan tubuh mereka hilang keseimbangan dan di lain saat, mereka terlempar dengan mulut mengeluarkan darah. Ternyata mereka telah terluka dalam yang parah sekali.
Jie Hong dan Hong Lian yang melihat ini bersorak kegirangan dan memuji. Sementara itu In Lan-pun tidak membuang waktu lama-lama. Walaupun tenaga dalamnya seimbang dengan Panglima Timur itu, tapi kecepatan tubuhnya ternyata dua kali lebih cepat dari lawan. Dengan mengerahkan Tenaga Inti Petir Murni dan jurus Ban Hud Ciang yang di kombinasikan dengan kecepatannya, maka Panglima Timur yang telah patah semangatnya melihat kedua temannya kalah damam dua gebrakan saja, tak kuat bertahan lama dan akhirnya terpukul telak di dadanya. Diapun terlempar sambil memuntahkan darah segar.